Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan angka kejadian stroke akan meningkat 2 kali lipat dalam 30 tahun ke depan dan menyasar negara berkembang tak terkecuali Indonesia.
Namun, belum lama studi XANAP yang dipublikasikan dalam the Jounal of Arrhythmia memaparkan kabar gembira bagi pasien penderita Fibrilasi Atrium di Indonesia.
Menariknya, studi ini merupakan studi pertama terbesar Asia yang melibatkan 126 pasien dari Indonesia yang meneliti penggunaan antikoagulan oral antagonis non vitamin K Rivaroxaban untuk pasien dengan gangguan ritme jantung non valvular fibrilasi atrium.
Dalam uji klinis fase 3 dalam Rocket AF dan subanalisis Asia Timur menyebutkan bahwa Rivaroxaban lebih kompeten untuk pencegahan stroke dibandingkan obat standar pendahulunya, warfarin.
Obat terobosan terbaru ini diklaim lebih efektif dan aman, karena minim risiko stroke dan perdarahan yang berbahaya.
Baca Juga : 5 Kebiasaan Ini Efektif Buat Bulu Mata Mudah Rontok, No 3 Sering Dilakukan!
Namun, tak lantas obat ini bisa diberikan pada sembarangan orang.
Pada Nakita.id, Dr. Mohammad Kurniawan, Sp.S(K) menjelaskan bahwa ada kriteria pasien yang tidak direkomendasikan dokter untuk menggunakan Rivaroxaban sebagai langkah pengobatan.
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR