Dokter akan menjadikan kondisi pasien tertentu sebagai pertimbangan apakah aman untuk diberikan Rivaroxaban sebagai metode pengobatan, misalnya bagi pasien yang tak hanya menderita Fibrilasi Atrium namun juga permasalahan lain.
Misalnya pasien yang sudah berusia lanjut, hipetensi tidak terkontrol, pasien dengan riwayat penyakit jantung, pada penderita itu dokter akan mencari alternatif lain.
Walaupun Rivaroxaban efektif mencegah stroke, namun pasien dengan kondisi di atas tetap berisiko mengalami perdarahan sehingga menakutkan pasien dan dokter.
Oleh karenanya, dalam hal ini dokter sejatinya harus berhati-hati dalam memberikan obat pengencer darah karena dikhawatirkan akan mengalami perdarahan yang berbahaya.
"Pasien yang pernah ada riwayat perdarahan mayor apalagi pernah mengalami stroke hemoragik atau perdarahan di otak akan menjadi kelompok pertama yang tak akan diberikan Rivaroxaban.
Baca Juga : 5 Kebiasaan Sepele Pemicu Kerusakan Otak, No 1 Sering Dilakukan!
Selain itu, pasien yang memiliki alergi akan obat-obatan tertentu dan memiliki masalah pencernaan juga akan kami carikan alternatif lain karena hemoglobin pasien akan menurun dan bisa tak sadarkan diri", jelas Kurniawan.
Lebih lanjut, pasien juga tidak mengalami fibrilasi atrium karena kelainan katup jantung atau adanya perlekatan pada katup dan pasien yang mana kemampuan cuci ginjalnya di bawah angka 15 juga akan menjadi pertimbangan dokter terkait konsumsi Rivaroxaban.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR