Nakita.id - Kabar terbaru gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah sudah tercatat lebih dari 800 korban meninggal.
Selain itu, masih banyak korban yang tertimbun reruntuhan dan belum ditemukan seperti korban-korban yang tertimbun reruntuhan di Hotel Roa Roa akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah kemarin.
Menurut reporter KompasTv, Nana Narundana, hingga saat ini masih belum ada penambahan korban yang ditemukan di bawah reruntuhan Hotel Roa Roa.
Baca Juga : Pengakuan Sacha Bule Asal Kanada Tentang Kelakuan Orang Bule di Indonesia
Hal itu dikarenakan para anggota evakuasi menggunakan alat manual untuk mencari para korban karena belum adanya alat berat yang tiba di lokasi tersebut.
Nana kembali melaporkan bahwa pencarian korban dilakukan hingga malam hari meskipun pencahayaan belum maksimal.
Ia menambahkan bahwa ketika malam evakuasi tetap dilakukan namun dengan pencahayaan seadaanya seperti menggunakan lampu kendaraan dan senter yang dimiliki masing-masing anggota petugas evakuasi.
Baca Juga : Ruben Onsu Sedang Diteror Secara Mistis, Dia Dulunya Petugas Pembersih Halaman Parkir
Banyaknya korban karena memang cukup kuatnya goncangan gempa saat itu yang mencapai kekuatan magnitudo 7,4 dan disusul dengan gempa-gempa lainnya.
Gempa yang terjadi di Donggala dan sekitarnya ternyata sudah pernah diramalkan oleh para peneliti asal Amerika yang bernama Roger Bilham dan Rebbeca Bendick.
Mereka memprediksi bahwa akan ada beberapa gempa besar di daerah khatulistiwa seperti di Indonesia di tahun 2018.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Begini Cara Mengatakan Bodoh, Malas, dan Nakal yang Benar Pada Anak
Mereka memprediksi hal itu berdasarkan siklus gempa yang terjadi sebelum-sebelumnya dan dikaitkan dengan kondisi alam saat ini.
Ternyata Donggala merupakan salah satu daerah yang sebelumnya pernah mengalami beberapa gempa yang disertai tsunami.
Dilansir dari KompasTv, gempa dan tsunami pernah terjadi di Donggala pada tanggal 30 januari 1930 dengan ketinggian air mencapai 2 meter.
Baca Juga : Ruben Onsu Menjadi Target Energi Jahat, Begini Kata Ki Kusumo
Delapan tahun kemudian Donggala kembali diterjang tsunami yang cukup tinggi mencapai 8-10 meter dengan jumlah korban meninggal sebanyak 200 orang.
Beberapa puluh tahun kemudian baru ada kembali gempa dan tsunami di Donggala pada 1 Januari 1966 dengan ketinggian air mencapai 4 meter.
Barulah kemarin 28 September 2018 Donggala kembali mendapatkan gempa dengan kekuatan magnitudo 7,4 yang disertai tsunami.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Nia Ramadhani Ungkap Pola Asuh Pada 3 Anaknya
Namun menurut Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Sukmandaru Prihatmoko, di tahun 1800-an ternyata Donggala pernah mengalami tsunami namun tidak dicatat seperti saat ini.
"Sebenarnya pada tahun 1800 juga pernah terjadi tsunami di daerah tersebut (Donggala) namun catatannya tidak berbentuk scientific seperti ini," jelas Sukmandaru Prihatmoko, dalam wawancara di KompasTv.
Salah satu penyebabnya yaitu adanya sesar Palu-Koro yang menjadi salah satu sesar mendatar yang aktif di Indonesia.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Dokter Reisa Menyesal Sering Memuji Anaknya Pintar!
Penelitian yang dilakukan para ahli terkait sesar-sesar di Indonesia diharapkan bisa menjadi perhatian pemerintah untuk lebih memperhatikan sesar aktif yang berpotensi akan mengakibatkan bencana hebat.
"Harapannya, dari hasil penelitian kami nanti itu kan menjadi semacam acuan, ini kita akan melakukan mitigasi, penyiapan kesiapan maysrakatnya yang tinggal di daerah-daerah rawan gempa, rawan tsunami itu mesti seperti apa," begitu harapan Sukmandaru.
Baca Juga : Gempa Tsunami Palu: Tanah Menjadi Lumpur di Sigi Sulteng, Ada Rumah
Source | : | YouTube |
Penulis | : | Riska Yulyana Damayanti |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR