Nakita.id - Nampaknya tragedi gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah telah menarik perhatian seluruh warga internasional.
Betapa tidak, karena gempa dan tsunami yang terjadi telah menelan banyak sekali korban dengan kedahsyatan hempasan tsunami merusak Kota Palu dan sekitarnya.
Gempa dengan kekuatan magnitudo 7,7 (28/9/2018) dan diteruskan dengan tsunami telah menelan korban meninggal lebih dari 800 warga.
Masih banyak korban yang belum diketahui nasibnya dan masih banyak duka menyelimuti warga dengan berbagai kejadian mengerikan lainnya, seperti banyaknya tanah yang amblas serta tanah berubah menjadi lumpur.
Seperti yang nampak pada seorang profesor di Amerika bernama Louise Comfort, ia bersama timnya mengajak pemerintahan Indonesia untuk bekerja sama dalam proyek memperbaharui alat pendeteksi tsunami.
Pasalnya alat pendeteksi tsunami yang kita miliki ternyata rusak sejak tahun 2012.
Baca Juga : Gempa Tsunami Palu: Begini Cara Mendeteksi Gempa Melalui Gejala Alam
Seperti yang telah dijelaskan pula oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho bahwa buoy, sebagai salah satu alat pendeteksi tsunami di Indonesia banyak yang mengalami kerusakan.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Source | : | Medan tribun |
Penulis | : | Riska Yulyana Damayanti |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR