Nakita.id - Saat melahirkan, setiap ibu sejatinya ingin melahirkan normal dan spontan.
Hanya saja, tidak semua harapan itu dapat terwujud.
Moms pun harus terpaksa melahirlan dengan cara sesar.
Melahirkan secara sesar adalah operasi untuk mengeluarkan bayi melalui dinding perut, yang dibedah dengan indikasi tertentu.
Biasanya, melahirkan dengan proses ini amat dihindari karena proses penyembuhan yang relatif lama dibandingkan persalinan normal.
Kendati menjadi opsi terakhir, ada beberapa kondisi medis dimana dokter akan merekomendasikan ibu untuk menjalani operasi sesar.
Baca Juga : Akui Tak Bisa Masak, Dapur Milik Ririn Dwi Ariyanti Bikin Takjub!
Beriku ulasannya:
• Tekanan darah tinggi / Preeklamsia
Untuk Moms yang memiliki tekanan darah tinggi selama kehamilan, besar kemungkinan dokter akan merekomendasikan C-section.
Demikian pula jika Moms mengalami preeklampsia, proses persalinan yang penuh tekanan nantinya dapat memengaruhi bayi.
Hal ini disebabkan, bersalin normal dengan kondisi ini akan menyebabkan masalah seperti gangguan oksigen, aliran darah atau abrupsi plasenta.
• Diabetes gestasional
Ibu yang mengalami berat badan berlebih cenderung melahirkan bayi berukuran besar, sehingga persainan normal akan sulit dijalani.
Jika diabetes berlangsung selama kehamilan, kadar glukosa yang tinggi akan mencapai plasenta.
Kondisi ini akan mendorong pankreas bayi untuk memproduksi lebih banyak insulin, sehingga bayi akan berukuran lebih besar; atau disebut sebagai makrosomia.
Baca Juga : Wah 5 Cara Mudah Ini Meningkatkan Kualitas Hati, Pankreas dan Ginjal
• Tidak ada kemajuan dalam persalinan
Kemajuan yang lamban dalam proses kelahiran dipengaruhi beragam faktor, misalnya ibu mengalami stres atau depresi.
Selain itu, leher rahim yang semakin menipis juga akan membuat energi ibu perlahan terkuras sehingga operasi sesar harus menjadi pilihan.
• Fetal Distress
Fetal distress adalah situasi darurat di mana persalinan sesar menjadi pilihan.
Kondisi ini akan membuat bayi kekurangan oksigen (yang disebut juga asfiksia lahir).
Hal ini biasanya ditandai dengan perubahan sebelum melahirkan, misalnya denyut jantung bayi dan gerakan janin cenderung berkurang karena adanya zat abnormal dalam cairan ketuban.
Untuk itu, persalinan normal biasanya tak dianjurkan.
Posisi bayi tidak normal
Posisi bayi dalam kandungan turut menjadi pertimbangan dokter dalam menganjurkan metode persalinan.
Baca Juga : Payudara Moms Kendur Karena Menyusui Si Kecil, 8 Cara Alami Ini Dapat Mencegahnya
Selain itu, presentasi janin yang tidak normal dapat menyebabkan cedera lahir jika tidak ditangani dengan cara yang benar.
• Uterus mengalami robek
Salah satu komplikasi persalinan yang paling langka tetapi paling rumit adalah robekan uterus.
Hal ini jika tak ditangani dengan tepat bisa mengakibatkan perdarahan hebat pada ibu, selain itu besar kemungkinannya bayi tercekik.
• Cephalopelvic Disproportion
Kondisi ini biasanya terjadi ketika bayi berukuran besar, dengan berat tubuh sekitar 4,5 Kg.
Ukuran bayi yang terlalu besar akan sulit untuk melalui panggul ibu, sehingga operasi sesar adalah solusi yang tepat.
• Mengandung bayi kembar
Janin lebih dari satu dapat disebut kehamilan berisiko tinggi, ibu harus beristirahat total selama periode kehamilan.
Baca Juga : 7 Kebiasaan Ini Pengaruhi Kualitas Sperma, Nomor 4 Sering Dilakukan!
Dokter biasanya akan merekomendasikan kelahiran sesar untuk bayi kembar, karena kemungkinan komplikasi.
Komplikasi paling umum yang muncul adalah persalinan prematur, yakni bayi lahir sebelum usia 37 minggu kehamilan.
• Permaslahan pada tali pusat
Adanya masalah pada tali pusat juga menjadi pertimbangan dokter mengapa operasi sesar.
Jika bayi tak segera dilahirkan, bisa mengakibatkan kompresi tali pusat.
Ketika selaput yang menahan cairan ketuban pecah maka dapat menimbulkan prolaps tali pusar.
Apapun metode persalinan yang dilakukan, penting bagi Moms berkonsultasi dengan dokter demi keselamatan ibu dan bayi.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | Boldsky.com |
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR