Nakita.id - Saat ini, baik suami maupun istri dapat memiliki jenjang pendidikan yang setara.
Untuk itu, pencapaian karier di kantor pun boleh jadi sama, bahkan tidak sedikit istri yang kariernya lebih menonjol, sehingga gajinya lebih besar.
Meski normal, tapi diakui atau tidak, kondisi ini dapat menimbulkan konsekuensi tersendiri.
Di Indonesia, penelitian tentang dampak gaji istri lebih besar daripada suami belum pernah
dilakukan.
Baca Juga : Jika Gaji Istri Lebih Besar Dari Suami, Lakukan ini Agar Tak Jadi Masalah!
Akan tetapi menurut Kepala Pusat Penelitian Peranan Wanita Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran (Unpad), Ir. Siti Homzah, M.S. seperti dikutip tabloid nakita edisi 458, ada indikasi bahwa salah satu penyebab timbulnya kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan pria terhadap istrinya adalah keunggulan para perempuan itu (Kompas, Maret 2005).
Sudah banyak kasus kekerasan yang dilatarbelakangi oleh gaji istri yang lebih tinggi.
Kendati hasil akhir tentang penyebab kekerasan itu belum jelas, tetapi jika memang kejadian
tersebut terpicu akibat posisi perempuan dalam ruang pubiik yang jauh lebih unggul dari suaminya, kejadian ini sungguh ironis.
Baca Juga : Jarang Diminati Namun Gaji Besar, Jabatan CPNS Ini Bisa Jadi Pilihan!
Apalagi mengingat awal perempuan bekerja umumnya karena niat membantu keuangan keluarga dengan tujuan membangun rumah tangga bahagia.
Ada juga yang pada mulanya sang istri berniat membantu, pada akhirnya justru menjadi pencari nafkah tunggal karena kemudian si suami merasa keenakan.
Padahal, pada dasarnya, dengan tidak memberi nafkah materi kepada istri, suami telah melanggar UU Perkawinan. Dalam UU Perkawinan No.1 tahun 1974 pasal 1 dan 34 dikatakan bahwa kepala rumah tangga adalah laki-laki, yaitu suami.
Suami punya tanggung jawab menafkahi istri dan anaknya.
Sementara tanggung jawab utama istri adalah sebagai ibu rumah tangga. "Pembagian peran ini memang konservatif, tapi itulah yang berlaku dan dianggap sebagai kesepakatan umum. Nah, kalau suami tidak mau bekerja, berarti ada kekerasan ekonomi," tutur Widia.
6 Tips Membujuk Anak Agar Nyaman Menjalani Pemeriksaan dan Perawatan Saat Sakit
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR