Sebab serangan stroke tak hanya dipengaruhi dari aktivitas sehari-hari tetapi juga gaya hidup dan makanan yang dikonsumsi.
Melansir Kompas.com artikel 2011 lalu, faktanya masyarakat yang tinggal di kota metropolitan justru berisiko tinggi terserang stroke.
Mengapa hanya orang kota metropolitan?
Hal itu disebabkan gaya hidup tidak sehat karena tekanan pekerjaan dan kemacetan lalu lintas yang sering dihadapi oleh orang Jakarta dan sekitarnya.
Ketua Bidang Organisasi Yayasan Stroke Indonesia, Farida A Djalil dan Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia, Lyna Soertidewi pernah meluncurkan buku tentang stroke yang ada kaitannya dengan kebiasaan orang metropolitan.
Baca Juga : Ayah Mertua Vega Darwanti Meninggal Dunia, Ini Momen 1 Hari Sebelumnya!
"Anak-anak muda yang menginginkan karir maju, memaksakan diri, kurang istirahat, mendapat tekanan pekerjaan lalu menghadapi kemacetan kota. Hidupnya tidak teratur. Belum lagi yang memiliki kebiasaan ke kelap lalu minum alkohol," tutur Farida.
Pola hidup seperti itulah yang meningkatkan risiko orang metropolitan terserang stroke di usia yang masih muda dan aktif.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Nasional 2007, menurut Lyna, ada 800 dari 100 ribu orang per tahun terserang stroke.
Dari data tersebut DKI Jakarta berada di posisi paling tinggi di Pulau Jawa, sekitar 12,5 persen penderita stroke.
Angka itu pun terus meningkat dan banyak menyerang usia aktif, contohnya yang tadi stroke banyak menyerang usia 60 tahun, kini sudah banyak penderita berusia 40 tahun.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | Instagram,kompas |
Penulis | : | Shevinna Putti Anggraeni |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR