"Sampai pada akhirnya saya memakai feeling seorang ibu.
Saya merasa bahwa anak saya sudah siap untuk toilet training jika dia sudah bisa mengemukakan apa yang diinginkannya dan ketika saya memberi perintah atau meminta tolong dia sudah bisa melakukannya.
Bukan berarti anak harus berbicara dengan jelas, tapi ketika misalnya anak saya mau susu, dia sudah bisa bilang “suuu.. suuu..” atau ketika saya minta tolong untuk mengambil suatu barang, dia sudah mengerti dan melaksanakannya.
Pada saat toilet training pun sikap anak berbeda-beda.
Anak saya yang pertama kalo mau pipis dia bisa tiba2 mematung, diem, lalu pipis dan baru ngomong “pipis” pas udah keluar. Sesudah itu nangis karena merasa jijik.
Anak saya yang ke dua beda lagi, kalau dia mau pipis, dia lari mondar mandir ke sana-sini sambil bilang “piiii..piiii..” ????" ujar Herfiza lagi.
Terkait dengan pengalamannya itu dirinya membagikan tips pada orangtua lainnya agar sukses menjalankan toilet training.
Source | : | |
Penulis | : | Anisyah Kusumawati |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR