Dilansir dari Newsweek.com, kasus bunuh diri satu keluarga ini bukan kejadian yang pertama.
Pasalnya, sudah banyak kejadian-kejadian serupa dan motifnya selalu sama dan sejenis.
Baca Juga : Devano Danedra Tolak Tawaran Main Film Karena Iis Dahlia, Kenapa?
Seorang profesor dari Nothreneastern University di bidang sosial dan kriminologi, Jack Levin memberikan pendapatnya tentang kejadian kepala keluarga yang membunuh istri dan anak-anaknya.
Ia menyebut orang tersebut 'family annihilator' atau pemusnah keluarga yang biasanya diperankan oleh sang ayah.
Saat ditanya apakah pelaku pembunuhan dan bunuh diri ini bisa disebut memiliki gangguan jiwa, Levin justru menyayangkan hal tersebut.
Baca Juga : Orangtua Wajib Tahu, Anak dengan Kondisi Ini Berisiko Mengidap Atrofi Otak!
Fenomena seperti ini tidak bisa ditinjau melalui segi psikologi dan pelaku bunuh diri tidak dapat disebut mengalami gangguan kejiwaan.
"Setelah semua rasa frustrasinya meluap dan menjadi penyebab pembunuhan anggota keluarga dan membunuh dirinya sendiri, mereka tidak bisa disebut gila," tuturnya.
Levin menjelaskan bahwa kesedihan dan frustrasi mendalam membuat mereka menjadi gelap mata dan tidak berpikir panjang dan hal itu merupakan tahap kronis dari depresi.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | nakita.id,newsweek.com |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR