Nakita.id - Tragedi pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh membawa kesedihan bagi keluarga korban dan juga masyarakat Indonesia.
Pesawat tersebut membawa total 189 penumpang termasuk awak kabin dan pilot, dari Cengkareng dengan tujuan Pangkalpinang.
Pesawat Lion Air JT-610 lepas landas dari Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta pukul 06:10 WIB menuju Pangkalpinang.
Setelah 13 menit mengudara, pesawat jatuh di koordinat S 5'49.052" E 107'06.628" (sekitar Karawang, Jawa Barat).
Baca Juga : Agnez Mo Semakin Berani Tampil Seksi, Warganet Ramai-ramai Beri Kritikan
Pesawat Lion Air JT-610 dikomandoi oleh Capt. Bhavye Suneja dengan copilot Harvino.
Kapten pilot sudah memiliki jam terbang lebih dari 6.000 jam terbang dan copilot telah mempunyai jam terbang lebih dari 5.000 jam terbang.
Meskipun sudah 13 menit mengudara usai lepas landas, bagi beberapa orang proses lepas landas (takeoff) dan mendarat (landing) adalah momen penerbangan yang mendebarkan.
"Momen lepas landas dan mendarat adalah ketika pesawat dalam jarak yang dekat dengan tanah.
Selain itu, proses ini ketika kecepatan lebih lambat, lebih banyak manuver yang terjadi, dan ada lebih banyak pesawat di ruang udara," jelas John Cox pensiunan kapten maskapai penerbangan dengan A.S. Airways dan konsultan keselamatan penerbangan, dikutip dari USA Today.
Baca Juga : Tanda dan Gejala Gula Darah Tinggi, Sepele Tapi Patut Diwaspadai!
Menurut studi statistik Boeing, 16% kecelakaan fatal terjadi saat lepas landas dan pendakian awal, sementara 29% terjadi selama pendekatan dan pendaratan.
Yiannis Papelis, Ph.D., lulusan Teknik Elektro dan Komputer di University of Iowa juga menjelaskan bahwa lepas landas lebih berbahaya ketimbang pendaratan.
"Lebih banyak hal yang bisa salah selama lepas landas daripada saat mendarat, dan lebih sedikit pilihan jika terjadi kesalahan saat lepas landas dibanding saat pendaratan.
Perlu diingat bahwa mungkin lebih banyak kecelakaan yang berhubungan dengan pendaratan (seperti melewati landasan pacu, pendaratan dibatalkan, dan sebagainya), tetapi tingkat keparahannya terbatas.
Jika terjadi kesalahan mekanis saat lepas landas, yang terburuk adalah kehilangan kontrol (sebagian atau penuh), juga tingkat keparahan akan jauh lebih tinggi," terangnya seperti dikutip dari situs Quora.
Baca Juga : Jauh dari Sorotan, Begini Kabar Enji Mantan Suami Ayu Ting Ting Sekarang!
Ia menambahkan, saat lepas landas, tak hanya kondisi pesawat yang terisi penuh dengan bahan bakar, mesin juga berada pada kekuatan penuh.
Kehilangan kontrol terhadap pesawat memberikan pilihan yang sangat sedikit bagi pilot.
Sementara bila dibandingkan dengan proses mendarat, jauh lebih rendah risikonya.
Sebagian besar pesawat dapat mengosongkan jalan saat pendaratan, dan sebagai pilot punya waktu untuk merencanakan sesuatu jika ada yang salah.
Pilot juga memiliki lebih banyak kontrol dalam meningkatkan laju penurunan.
Source | : | USA Today,Quora |
Penulis | : | Amelia Puteri |
Editor | : | Amelia Puteri |
KOMENTAR