Laporan UNICEF menyebutkan, bahaya muncul dari udara dimana partikel ultrahalus dalam polusi kota dapat merusak pembuluh darah di otak serta selaput halus (membran) yang melindungi otak dari zat beracun.
Kerusakan pada membran telah dikaitkan dengan penyakit Alzheimers dan Parkinson pada orangtua.
Baca Juga : Perusahaan Jepang Membayar Mahal Karyawan Yang Jam Tidurnya Bagus
UNICEF juga menyoroti risiko yang berkembang dari partikel partikel bijih besi yang semakin banyak ditemukan di polusi perkotaan.
Partikel nano, yang mudah masuk ke aliran darah, sangat berbahaya bagi otak karena muatan magnetiknya dan juga dikaitkan dengan penyakit degeneratif.
Penulis laporan, Nicholas Rees, mengatakan kepada AFP bahwa polusi beracun akan memengaruhi proses pembelajaran anak-anak, kemampuan ingatan, linguistik dan motor mereka.
Sebagai contoh, bulan November tahun lalu, New Delhi telah menutup sekolah setelah dokter mengumumkan keadaan darurat kesehatan masyarakat, namun dengan cepat membuka kembali mereka, memprovokasi kemarahan dari orangtua yang menuduh pihak berwenang "bermain dengan kesehatan anak-anak".
Baca Juga : Berita Kesehatan : 30% Siswa SD Di Jakarta Berkacamata Minus, Ternyata Ini Penyebabnya
Krisis tersebut melihat sejumlah besar wilayah utara India dan beberapa wilayah di Pakistan yang berdekatan diselimuti udara yang tajam - sebuah fenomena tahunan sebagai partikel perangkap udara dingin di dekat tanah, menyebabkan tingkat polusi melonjak.
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR