Tabloid-Nakita.com - Presenter dan produser film Zaskia Adya Mecca termasuk sering mem-posting kegiatannya bersama ketiga anaknya, Sybil, Kala, dan Bhai. Namun beberapa hari lalu ia mem-posting fotonya bersama Sybil dan Kala yang sama-sama sedang menangis. Tanpa menjelaskan mengapa kedua putrinya menangis, ia menulis, "Yuk nangis semuaa yukk.. Bia ga terganggu, dan bia ga mau kalah kalo cuma dengan tangisan.. karna tangisan bukan senjata...."
Tampaknya, ibu muda yang kini giat berwirausaha ini tahu sekali bahwa Sybil dan Kala menjadikan tangisan mereka sebagai senjata untuk mengalahkan keputusan ibunya akan sesuatu. Dengan kata lain, tangisan mereka sifatnya manipulatif, karena dilakukan untuk mendapatkan keinginan mereka. Biasanya, begitu permintaan mereka dikabulkan, tangisan itu langsung berubah menjadi ekspresi gembira.
Tangisan manipulatif atau tangisan pura-pura memang sering membuat perasaan orangtua campur aduk; antara merasa bersalah, frustrasi, dan bingung bagaimana anak-anak bisa langsung menangis begitu menerima jawaban "tidak". Dan, "air mata buaya" ini merupakan tahap perkembangan anak batita yang umum terjadi, yaitu ketika mereka mulai menemukan kekuatan dari tindakan mereka terhadap orang lain.
Meskipun biasa terjadi, tangisan pura-pura juga merupakan perilaku yang sudah dipelajari, demikian menurut Beverley Cathcart-Ross, pendiri Parenting Network, program pendidikan parenting di Toronto, Canada. Tangisan manipulatif lebih sering terjadi pada anak-anak yang belum lancar berbicara, yang belum mampu menemukan kata-kata yang tepat untuk mengekspresikan perasaan mereka.
"Tangisan menjadi cara mereka untuk melibatkan orangtua, untuk mencari perhatian maupun dilayani, yang kadang-kadang diterjemahkan anak sebagai cinta dan afirmasi bahwa Anda peduli pada mereka," katanya. "Atau mereka sudah belajar untuk memanipulasi Anda untuk melakukan apa yang mereka inginkan."
Contohnya, banyak anak yang tanpa sengaja sebelumnya, bahwa kalau mereka jatuh, mereka akan melihat pada orangtua untuk melihat apakah ayah ibunya sedih. "Jika orangtua terlihat sedih atau terkejut, mereka akan menangis meskipun tidak terluka," kata Cathcart-Ross, sambil menambahkan itu artinya anak berhasil mendapat perhatian.
Karena itu, ia mendorong para orangtua untuk tidak kalah dengan tangisan manipulatif anak. Lewatkan saja rasa bersalah akibat air mata buaya anak. Sebagai gantinya, ubah respons mereka, karena reaksi atas simpati atau perhatian berlebih justru akan mendorong perilaku mereka yang ingin Mama redam.
"Kebanyakan anak di bawah 2,5 tahun akan mengandalkan perilaku bertingkah saat ada masalah, bukan membicarakan masalahnya," tambahnya.
Ia menyarankan untuk mulai berdialog dengan anak. Jika anak tersandung dan jatuh, tanyakan, "Kakak nggak apa-apa?". Lalu ajak dia untuk bangun lagi, membersihkan kotoran yang menempel di bajunya, lalu kembali bermain.
Jika anak ingin "memperpanjang masalahnya", tanyalah apakah anak ingin dipeluk, dan biarkan mereka menghampiri Mama. "Tapi, jangan berlari menyongsong mereka," tegas Cathcart-Ross. "Anak perlu diyakinkan bahwa mereka mampu mengatasi masalah mereka sendiri, sehingga mereka bisa mengembangkan kepercayaan diri meskipun terjadi masalah dalam hidupnya."
Mulai sekarang, jangan menyerah dengan tangisan manipulatif anak ya, Mam. Ingatlah, ini untuk kebaikan mereka kelak, agar ia menjadi anak yang tegar dan tidak mudah mengeluh dan putus asa.
Penulis | : | Dini Felicitas |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR