Tabloid-Nakita.com - Jika saat hamil Mama mengalami diabetes millitus atau yang biasa disebut diabetes gestasional (diabetes yang disebabkan kehamilan), Mama berisiko melahirkan bayi besar atau giant baby. Jika giant baby ini terjadi sejak dari dalam kandungan, risikonya pun tak bisa dianggap enteng.
Menit-menit pertama kelahiran akan sangat menentukan bagi giant baby. Karena, risiko pada bayi raksasa atau bayi yang lahir di atas 4 kg adalah hipoglikemi (kadar gula kurang dari 40). Padahal hipoglikemi pada bayi tidak boleh terjadi, karena bayi bisa kejang, hipoksia, yang ujung-ujungnya merusak otak. Makanya saat persalinan menjelang, biasanya dokter kebidanan sudah menginformasikan kepada dokter anak yang ikut dalam proses persalinan bahwa bayi yang dilahirkan kemungkinannya besar (lebih dari 4 kg) sehingga dokter anak akan bersiap-siap.
Setelah masa krisis terlewati dengan baik, PR selanjutnya adalah memelihara BB bayi untuk tetap di rentang normal atau setidaknya tak membuatnya bertambah besar. Cara terbaik untuk mencegah giant baby bertambah besar adalah memberikan ASI eksklusif, dan nantinya diteruskan dengan tatalaksana pemberian MPASI dan makanan lanjutan yang terukur. Mengapa harus ASI, karena hanya ASI yang bisa memberikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan bayi saat itu.
Orangtua pun harus memerhatikan BB bayinya secara saksama. Pertambahan BB tidak boleh lebih dari 1 kg/bulan dalam tiga bulan pertama setelah kelahiran. Tiga bulan selanjutnya, maksimal penambahan BB 600 g. Tiga bulan selanjutnya berkurang lagi, setiap bulan tidak boleh lebih dari 300—400 g.
Nah, bagaimana supaya bisa memenuhi target tersebut?
Jika Mama hanya memberinya ASI, tidak ada masalah. Tapi jika menggunakan formula, lakukanlah ASI mix. Maksudnya, siang si kecil diberi susu formula sesuai dengan takaran yang dianjurkan dokter, namun malamnya biarkan si kecil menetek.
Yang jelas, perawatan giant baby harus dikontrol secara ketat demi mencegah terjadinya pertambahan BB yang tidak sesuai. Untuk itu, rutin lakukan kontrol sehat sesuai yang dijadwalkan dokter.
Mengingat risiko gangguan kesehatannya besar, Mama sebaiknya mencegah pertumbuhan janin menjadi giant baby. Caranya dengan menjaga kenaikan BB selama hamil dalam rentang yang normal (sesuai berat badan asal). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Kebidanan dan Kandungan Amerika yang dipublikasikan dalam jurnal Obstetrics & Gynecology, mengungkap bahwa ibu hamil yang mengalami peningkatan BB lebih dari 18 kg tetap berpotensi melahirkan bayi besar sekalipun dia tidak mengidap diabetes gestasional. Disimpulkan, ibu hamil gemuk berisiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan bayi besar.
Kelompok paling berisiko tinggi melahirkan bayi besar adalah ibu hamil yang mengalami peningkatan berat badan lebih dari 18 kg sekaligus mengidap diabetes gestasional. Hampir 30% ibu dari kelompok ini melahirkan bayi besar. Sementara ibu hamil berbobot normal sekaligus diabetes yang melahirkan bayi besar jumlahnya berkisar 13,5%.
Janin berukuran besar juga berisiko mempersulit proses kelahiran, meningkatkan kemungkinan perobekan atau perdarahan vagina, sehingga kemungkinan bayi besar harus dilahirkan lewat operasi caesar. Sementara si janin sendiri berisiko mengalami macet di bahu atau patah tulang selangka saat menjalani proses kelahiran. Oleh sebab itu, usahakan BB Mama selama bersalin dalam batasan normal sehingga BB anak ketika lahir juga pada kisaran normal.
Narasumber: Prof. Dr. dr. KRT Hananto W. Dipohadiningrat, SpA(K), RS Premier Bintaro
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR