Tabloid-Nakita.com - Mama tentunya sudah tahu bahwa kekurangan folat selama kehamilan bisa berakibat buruk pada perkembangan janin. Namun, kelebihan asam folat saat hamil juga punya dampak yang sama.
Penelitian dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health mengungkapkan bahwa kadar asam folat yang terlalu tinggi saat hamil bisa meningkatkan risiko autisme pada anak.
Folat pada dasarnya adalah vitamin B alami yang disarankan oleh dokter untuk membantu perkembangan saraf pada janin. Sedangkan asam folat adalah bentuk suplemen dari vitamin, dan disarankan untuk dikonsumsi agar ibu hamil bisa mencegah cacat tabung saraf pada bayi. Selain itu, mengurangi risiko kelainan spektrum autisme (ASD/Autisme Spectrum Disorder).
Ada hubungan yang kompleks antara vitamin dan ASD, sehingga para praktisi di bidang medis perlu menyadari bahwa kelebihan asam folat saat hamil bisa sama berbahayanya dengan saat kadarnya kekurangan. Jadi, harus ada keseimbangan mengenai asupan yang dibutuhkan.
"Kami melihat para perempuan yang memiliki kadar (asam folat) jauh lebih tinggi daripada asupan folat atau vitamin B12 yang disarankan, cenderung memiliki anak yang kelak didiagnosa dengan autisme," ungkap Daniele Fallin, profesor dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Baltimore.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pernah melaporkan bahwa 25% perempuan usia produktif di Amerika tidak mendapatkan cukup folat dari pola makannya. Itu sebabnya dokter kandungan kerap memberikan resep asam folat untuk calon ibu. Hanya saja, studi terakhir ini membuat para dokter jadi waspada dengan kemungkinan kelebihan asam folat saat hamil.
Kelebihan vitamin B12 pada ibu baru berkaitan dengan risiko anak mengalami autisme hingga tiga kali lipat. Ketika asam folat dan vitamin B12 terlalu tinggi, risiko itu meningkat hingga 17,6 kali. Hal ini terlihat dari kadar folat dalam darah yang ditemukan pada ibu baru, pada tiga minggu pertama setelah persalinan.
"Terlalu banyak asam folat saat hamil juga menyebabkan alergi, asma, dan meningkatnya risiko kanker dan disfungsi kognitif," tambah Young-in Kim, peneliti dan dosen kedokteran di University of Toronto.
Sayangnya, tidak ada petunjuk yang jelas mengenai berapa banyak kadar vitamin B12 yang memadai untuk kehamilan. Sementara faktor-faktor seperti pola makan dan gen si ibu juga akan memengaruhi bagaimana suplemen diproses oleh tubuh. Meskipun begitu dapat disimpulkan, ibu yang memiliki kadar folat dan vitamin B12 yang cukup akan menurunkan risiko melahirkan bayi dengan kelainan autisme.
"Meskipun begitu, suplemen folat tetap penting. Kami tidak ingin siapa saja menganggap bahwa mereka harus berhenti mengonsumsi suplemen vitamin jika ingin hamil, atau sedang hamil," tukas Fallin.
Ada pun penelitian lanjutan untuk memahami hubungan antara folat dan ASD ini masih terus diperlukan.
Penulis | : | Dini Felicitas |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR