Namun saat meninggalkan ketinggian jelajah untuk turun ke bandara Adisutjipto, di atas wilayah Rembang, kapten penerbangan memutuskan untuk sedikit menyimpang dari rute seharusnya, atas izin ATC.
Sebab saat itu pesawat dihadang cuaca buruk, terdapat awan mengandung hujan dan petir.
Abdul Rozaq mencoba mengendalikan pesawat di antara dua sel awan badai.
Namun tiba-tiba saat berada di ketinggian 23.000 kaki dua mesin pesawat mati dan kehilangan daya dorong (thrust).
"Saya coba restart tiga kali, dia (mesin pesawat) tidak mau," ujar Abdul Rozaq.
Pilot dan kopilot pun saat itu mencoba menghidupkan unit daya cadangan (auxiliary power unit/APU) untuk membantu menyalakan mesin utama, tetapi tidak berhasil.
"Saya cuma bisa pasrah, karena semua standard operation procedure sudah dilakukan dan tidak berhasil," ujarnya.
Source | : | Kompas.com,The Guardian,Tribun Jabar |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR