Tetapi Mary dan suaminya tidak memiliki sumber penghasilan, mereka berjuang untuk membiayai diri mereka sendiri, apalagi harus menghidupi saudara-saudara Mary yang lebih muda.
Baca Juga : Berbagai Potret Kue Pernikahan yang Gagal, Ada yang Sampai Meleleh!
Suaminya jarang bekerja dan dia menghabiskan hari-harinya dengan menyapu, memasak, dan membersihkan piring.
Sayangnya, ketika Mary hamil 5 bulan suaminya pergi dan tidak pernah kembali.
Ketakutan, sendirian, dan bersiap-siap membesarkan seorang anak ketika masih kanak-kanak, Mary tidak tahu bagaimana ia akan mengaturnya.
Dia tidak tahu apa-apa tentang kehamilan atau persalinan, yang dia tahu hanyalah bahwa dia terlalu muda untuk melahirkan.
"Bahkan setelah aku punya anak, seakan-akan dia tidak terlihat. Aku belum di usia (yang pas) untuk menjadi seorang ibu."
"Jika ibu saya masih hidup, saya akan di sekolah," tambah Mary.
"Dia biasa menyuruh saya mengurus anak-anak yang ada di sekolah dan tahun depan saya juga akan mulai sekolah. Jika saya di sekolah sekarang, hidup saya akan berbeda. Saya mungkin telah dipekerjakan sebagai guru."
Inilah sepenggal cerita tentang mereka yang merasakan menikah di usia muda, saat teman-temannya bersekolah, mereka tidak, walau sangat menginginkannya namun tidak bisa.
Source | : | Kompas.com,nakita.id,Global Citizen |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR