Nakita.id - Dalam sebuah studi yang baru dirilis, para peneliti dari University of Illinois, Chicago, menunjukkan manfaat penurunan berat badan dari diet 16: 8 untuk penderita obesitas.
Penelitian berjudul "Effects of 8-hour time-restricted feeding on body weight and metabolic disease risk factors in obese adults: A pilot study" diterbitkan dalam Journal of Nutrition and Healthy Aging pada 15 Juni.
Diet 16: 8, sejenis puasa intermiten (Intermittent Fasting), melibatkan puasa 16 jam diikuti dengan 8 jam makan apa pun yang Moms inginkan.
Baca Juga : Pernah Jadi Pacar Nafa Urbach, Yuk Intip Ruang Tamu Primus Yustisio!
Meskipun tidak ada makanan yang harus dikonsumsi selama periode puasa, minuman bebas kalori seperti air diperbolehkan.
Peneliti merekrut 23 partisipan obesitas yang memiliki usia rata-rata 45 dan rata-rata BMI 35.
Mereka memakai diet 16: 8, yaitu hanya diizinkan untuk makan antara jam 10 pagi dan 6 sore.
Setelah 12 minggu, kelompok itu ditemukan telah kehilangan berat badan dan juga menurunkan tingkat tekanan darah.
Baca Juga : Jelang Menopause, Berikut Tip Diet Sehat untuk Meringankan Gejalanya!
"Temuan ini menunjukkan bahwa delapan jam, rentang waktu makan yang diperbolehkan, menghasilkan pembatasan kalori ringan dan penurunan berat badan, tanpa menghitung kalori," kata studi itu.
Tetapi kelemahannya, diet ini tidak menyebutkan jenis makanan apa saja yang diperbolehkan, jadi hanya menekankan pada waktu makannya saja.
Para ahli gizi lain skeptis dengan keberhasilan program ini mengingat perubahan pola makan tiba-tiba bisa menyebabkan rasa lapar berlebih, ditambah ada risiko makan berlebihan dan mengonsumsi makanan tidak sehat setelah periode puasa 16 jam berakhir.
Ini sebenarnya bisa menjadi bumerang dan menyebabkan beberapa orang malah bertambah berat badannya.
Baca Juga : Catat! 10 Tanda Ini Akan Dialami Tubuh Saat Mendekati Menopause
Mempertahankan diet ini juga bisa sulit, terutama ketika Moms dikelilingi oleh makanan (mungkin, di pesta larut malam) selama periode puasa.
Makanya, kebanyakan ahli gizi dan dokter lebih menyarankan untuk diet yang bersifat individu, yakni setiap orang patuh membuat jadwal yang sesuai untuk gaya hidup dan rutinitas harian tanpa memiliki hubungan yang 'tegang' dengan makanan.
Baca Juga : Cuaca Dingin Bisa Memengaruhi Risiko Serangan Jantung? Ini Faktanya!
"Ide berpuasa bagus dilakukan. Namun meski beberapa penelitian telah menunjukkan beberapa manfaat potensial untuk intermittent fasting, sebagai ahli diet dan pelatih kesehatan yang berfokus pada pendekatan gaya hidup yang berkelanjutan untuk kesehatan, saya tidak 100% setuju dengan rekomendasi bahwa seseorang tidak boleh makan dalam jangka waktu yang lama," tulis ahli diet, Jessica Cording.
"Puasa yang kelamaan bisa menjadi kebiasaan yang tidak sehat dan menyebabkan hubungan yang kacau dengan makanan," tulisnya.
Ia juga menambahkan bahwa orang-orang dengan riwayat gangguan makan (eating disorder) mungkin merasakan gejala ketika mencoba untuk membatasi waktu makan dengan diet 16:8 ini.
Secara keseluruhan, diet 16: 8 cukup aman dan mungkin tidak terlalu berbeda dari jadwal makan reguler jika Moms menggunakan pola jam 10 pagi hingga 6 sore.
"Diet 16: 8 adalah cara lain untuk menurunkan berat badan, dan saat ini kita miliki bukti ilmiah untuk mendukungnya," kata penulis utama Krista Varady berkilah.
Baca Juga : Penyebab dan Gejala Vanishing Twin Syndrome, Alias Kembar yang Hilang
"Saat membicarakan penurunan berat badan, seseorang perlu menemukan cara apa yang berhasil untuknya. Karena keberhasilah diet akan mengarah pada kesehatan metabilik yang baik."
Perlu diingat Moms, diet 16:8 akan berhasil bila dilakukan bersama dengan gaya hidup sehat, termasuk mengonsumsi makanan bergizi dalam jumlah tepat dan berolahraga rutin.
Juga sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional medis, untuk diet yang akan Moms lakukan, sebab setiap individu dapat berbeda-beda. (*)
Source | : | Medical Daily |
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR