Nakita.Id- Banyak orangtua membiarkan anak belajar dengan cara menonton program acara televisi yang dirasa mendidik dengan suara keras. Tapi bukan hanya dampak positif saja, ternyata studi baru menemukan bahwa suara TV yang bising dapat membuat anak sulit mempelajari bahasa berupa kata-kata baru. Ini hasil temuannya:
- Para ilmuwan melakukan percobaan di mana anak-anak berusia sekitar dua tahun diajarkan kata baru sambil mendengar suara dengan latar belakang pelan atau keras. Hanya batita yang mendengar suara lebih tenang berhasil belajar kata-kata. Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan mereka lebih baik menangkap arti kata-kata yang sebelumnya telah dipelajari dalam lingkungan yang lebih tenang. Psikolog Brianna McMillan, dari University of Wisconsin-Madison, AS, berkata "Belajar kata merupakan keterampilan penting yang menyediakan dasar bagi kemampuan anak untuk mencapai akademis. "Studi kami menunjukkan bahwa orang dewasa harus menyadari cara berbicara dalam lingkungan saat mereka berinteraksi dengan anak-anak."
- Rumah masa kini dipenuhi dengan gangguan bising yang dihasilkan dari suara seperti TV, radio, dan orang-orang yang berbicara, sehingga dapat memengaruhi bagaimana anak belajar kata-kata pada usia dini.
Penelitian ini dilaporkan dalam jurnal Child Development. Temuan ini mungkin sangat relevan untuk keluarga yang berpendapatan rendah yang cenderung memiliki tingkat kebisingan lebih tinggi, kata para ilmuwan. Terbukti, suara keras dan bising dari TV bisa hambat batita belajar bahasa.
Baca juga: Belajar Bahasa Ibu Dulu Bahasa Asing Kemudian
Untuk membantu perkembangan bahasa si batita, kita memang selayaknya memberikan stimulasi yang tepat. Sejumlah penelitian menunjukkan, anak-anak yang mempelajari kemampuan berbahasa isyarat sebenarnya dapat berbicara dan memahami bahasa dengan lebih baik daripada mereka yang tidak belajar bahasa isyarat.
Saat batita melakukan gerakan isyarat atau mengucapkan suatu kata meski belum jelas, maka isyarat atau ucapan iitu harus direspons. Demikian pula, isyarat yang diberikan orangtua disertai dengan penjelasan verbalnya merupa kan stimulus bagi perkembangan bahasa anak, sehingga dapat menguatkan kemampuan bahasanya.
Baca juga: Perkembangan Anak Usia 2 Hingga 3 Tahun Yang Normal Terjadi
Contoh lain, ketika memberikan instruksi pada batita untuk mengambil bola yang jatuh di kolong meja. Ucapkan instruksi mengambil bola tersebut dengan nada yang halus seperti, “Dek, tolong ambil bola (sambil membentuk lingkaran dengan kedua tangan) warna kuning di bawah meja (sambil menunjuk ke bawah meja).”
Ketika anak bergerak menuju meja, kita dapat memberikan penguatan, misalnya, “Iya, betul. Ada di bawah meja, Sayang.” Setelah anak berhasil mengambil bola tersebut, berikan pujian, “Nah, ini dia bolanya. Adek pintar, ya. Terima kasih (sambil berikan tatapan sayang dan mengelus pipi, kepala, atau punggungnya).” Atau, dengan mengacungkan ibu jari.
Baca juga: Stimulasi Bahasa Batita
Jadi, pastikan Mama selalu merespons bahasa anak, ya. Jangan ragu untuk “bawel” alias banyak bicara dan lebih ekspresif di hadapan anak, karena melalui kata-kata, gerakan, dan raut muka Ibu dan Ayahlah, si batita mengembangkan keterampilan berkomunikasi.
Narasumber: Weni Endahing Warni, MPsi, Psikolog Universitas Hang Tuah, Surabaya