Meski Terlambat Bicara, Si Batita Akan Mengejar Ketertinggalannya

By Irene Harris, Rabu, 3 Mei 2017 | 03:15 WIB
Pilih buku cerita yang kata-katanya sering diulang agar si kecil bisa mengingatnya. (Dini Felicitas)

Nakita.id - Si kecil masih belum bisa bicara dengan jelas padahal sudah memasuki usia 2 tahun? Atau ia sering berceloteh namun kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak bisa dipahami? Menurut ahli patologi bahasa dari Calgary, Kanada, Sharon Evelyn, ini bisa menjadi pertanda si kecil mengalami masalah terlambat bicara.

Batita yang terlambat bicara umumnya memperlihatkan tanda-tanda berikut: * Dapat memahami bahasa dan sudah bisa berpikir, bermain, dan menguasai kemampuan motorik sesuai usianya, namun tidak bisa mengekspresikannya melalui kata-kata. * Umumnya, pada usia 18 bulan batita sudah bisa mengucapkan hingga 20 kata. Memasuki usia 24 bulan, kosa katanya sudah bertambah pesat hingga 150-300 kata dan sudah bisa memadukan dua kata, seperti "minum susu".  Bila si batita belum sampai sini, bisa jadi dia telat bicara. * Sering mengalami gangguan infeksi telinga. * Jumlah huruf konsonan yang bisa dilafalkannya terbatas dan ia juga sulit menirukan suara Ibu. * Komunikasi non-verbal yang dikuasainya juga terbatas

Kebanyakan batita yang terlambat bicara pada akhirnya akan mengejar ketertinggalannya. Meski demikian, sekitar 20-30% di antara mereka butuh dukungan lebih dari Ibu. Untuk itu, Ibu bisa memberikan stimulasi untuk si batita yang terlambat bicara: 1. Berbicaralah tentang Ibu: deskripsikan apa yang Ibu sedang lakukan. Misalnya, "Ibu mau masak telur. Sekarang Ibu sedang masak telur buat Adik. Nah, telurnya sudah masak. Sekarang kita makan, ya."

2. Bicaralah tentang si kecil: deskripsikan apa yang sedang dilakukan si batita. Misalnya, "Doni sedang main mobil-mobilan. Mobilnya besar. Mobilnya sedang di jalan raya. Bruuummm....!"

3. Ajak si kecil bermain. Saat bermain, ia akan belajar mengamati, mendengar, mengeksplorasi, dan menirukan apa yang Ibu lakukan.

4. Bicaralah dengan lambat agar si kecil memahami gerak mulut Ibu dan belajar menirukan suara yang dibuat. Bicara dengan lambat juga memudahkan si kecil memahami kata-kata Ibu satu per satu.

5. Jangan takut cerewet. Kalau ingin si kecil pintar bicara, Ibu pun harus banyak bicara. Ceritakan segala sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang disukainya. Ulangi kata atau pengucapan kata baru agar bisa menambah kosa katanya.

6. Tiru apa yang diucapkan dan dilakukan oleh si kecil. Misalnya, saat ia menjatuhkan sesuatu dan memperlihatkan ekspresi seolah bertanya apa yang terjadi, tirulah yang ia lakukan sambil bilang, "O'ow..."

7. Bacakan buku cerita. Pilih buku yang kata-katanya sering diulang agar si kecil bisa mengingatnya.   8. Beri si kecil waktu untuk mengekspresikan diri lewat kata-kata. Terkadang ia butuh proses lebih lama untuk berpikir, mengolah, dan mengutarakannya lewat suara yang membentuk kata. Ibu perlu banyak bersabar dan tidak memotongnya dengan mencoba menerka apa yang ingin diucapkannya.

9. Bernyanyilah bersama! Menyanyikan lagu kesukaannya berulang-ulang akan membuatnya ingat kata-kata yang ada di lirik dan terdorong untuk ikut bernyanyi.