Kecil-Kecil Sudah Kenal Etika. Ini Dia Cara Mengajarkannya!

By Soesanti Harini Hartono, Kamis, 14 September 2017 | 01:00 WIB
Kiat Mengajarkan Sopan Santun Kepada Anak Usia 2 Hingga 3 Tahun (Gisela Niken)

Pertanyaan selanjutnya tata krama apa saja yang perlu diajarkan pada si kecil? Karena merupakan tata cara yang disepakati masyarakat untuk memelihara hubungan baik antarmanusia, tata krama bisa jadi sangat beragam. Sesuatu yang dipandang sopan di satu daerah, belum tentu mendapat penilaian yang sama di daerah lain.

Tetapi secara umum, tata krama dasar yang perlu diajarkan kepada buah hati tidak terlalu banyak, kok. Salah satunya sopan santun dalam berbicara. Ini tentu bukan hal baru bagi setiap orangtua. Mengajari anak mengucapkan tiga kata “sakti”—maaf, tolong, dan terima kasih—biasanya sudah dilakukan sejak dini.

Sebaiknya, ketiga kata ini juga diucapkan pada orang-orang yang sering kali dianggap tidak perlu menerimanya. Dian (39 tahun), misalnya, mengajari anak-anaknya untuk mengucapkan terima kasih kepada siapa saja—meskipun sering kali dianggap tidak penting oleh orang banyak: kasir di supermarket, penjaga pintu tol, juga penjaga pintu di hotel atau restoran mewah yang memang bertugas membukakan pintu bagi tamu. “Mereka senang kok kalau kita berterima kasih kepada mereka, meskipun apa yang dikerjakan itu memang sudah tugas mereka,” demikian Dian mengungkapkan alasannya.

Ada pula tata krama di meja makan, semisal makan tanpa bersuara atau tidak mengecap, mengambil makanan secukupnya sehingga tidak membuang-buang atau mempermainkan makanan, hingga posisi duduk yang benar. Di Indonesia, masih sulit diterima duduk di meja makan sembari angkat kaki layaknya orang duduk di warung, bukan?

Tata krama lain adalah seputar sosialisasi: mengantre permainan, berbagi, tidak melakukan kekerasan kepada teman, dan sebagainya. Termasuk juga mengajari si kecil untuk tidak tantrum di pertokoan apabila kehendaknya tidak bisa dituruti.

Intinya, rumusan paling penting dalam hal mengajarkan tata krama sebenarnya adalah konsistensi. Sebab, jangan sampai si kecil menemukan celah perbedaan, “Oh, kalau sama Ibu tidak boleh makan sembari angkat kaki, tapi kalau makan sama Ayah boleh duduk seperti itu”.

Baca juga: Ajari Anak MengucapkanTerima Kasih Minta Tolong Dan Permisi

Berikutnya, jangan bosan terus mengingatkan buah hati untuk bersikap sesuai tata krama. Kalau ia masih saja melakukan “kesalahan”, ajak ia bicara mengapa sulit melakukan hal itu. Memarahi anak atau bersikap emosional di depannya bukanlah solusi yang tepat. Tidak ada manfaatnya  memarahi si kecil jika ia tak juga mengerti apa yang membuat kita  marah.

Sulit? Tidak juga. Menjadi orangtua memang tidak ada sekolahnya, tapi bukan berarti tak bisa dipelajari. Yang penting adalah mengetahui posisi kita dalam kehidupan anak. Seperti kata Kahlil Gibran, “Kaulah busur, dan anak-anakmulah anak panah yang meluncur.” Selamat belajar menjadi busur yang terbaik untuk anak-anak Ibu Ayah! (*)