#WelcomeMyLovelyBaby: Waspada! Kenali Penyakit Kuning pada Bayi Baru Lahir dan Cara Mengatasinya

By Finna Prima Handayani, Rabu, 5 Desember 2018 | 14:07 WIB
#WelcomeMyLovelyBaby: Waspada! Kenali Penyakit Kuning pada Bayi Baru Lahir dan Cara Mengatasinya (freepik)

Nakita.id - #WelcomeMyLovelyBaby, meski senang menyambut bayi baru lahir, tapi Moms harus waspada dengan penyakit kuning.

Jaundice atau ikterus atau penyakit kuning sering dialami oleh bayi baru lahir, yang mana ditandai dengan perubahan warna pada kulit dan mata bayi yang menjadi kuning.

Penyakit kuning pada bayi baru lahir terdapat dua macam, yaitu direct tinggi dan indirect tinggi, serta jika keduanya digabungkan menjadi total.

Hampir sebagian besar bayi baru lahir mengalami penyakit kuning, karena mereka memiliki kadar bilirubin yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa.

Baca Juga : #WelcomeMyLovelyBaby: Yuk Dads Ikut Merawat Si Kecil Sejak Lahir, Karena Manfaatnya Bisa Terasa Hingga Dewasa

"Kuning itu pemecahan dari sel darah merah, dan sel darah merah waktu bayi di dalam perut itu berganti dengan sela darah merah baru. Hasil pemecahannya itu bilirubin. Bilirubin ini yang tinggi kadarnya akan menyebabkan bayi kuning," ujar dr. Marissa T.S Pudjiadi, Sp.A.

Selain karena memang kadar bilirubin yang tinggi, penyebab umum bayi baru lahir kuning yaitu karena kekurangan cairan.

"Kalau kuning yang umum-umum saja, itu kan indirect nya tinggi. Biasanya salah satunya penyebab yang paling sering yaitu bayi kurang minum (ASI)," jelas Marissa.

Ketika bayi baru lahir kurang minum atau mendapatkan ASI, maka pemecahan sel darah merah bisa lebih banyak, sehingga berpengaruh pada bilirubin yang lebih tinggi.

Baca Juga : #WelcomeMyLovelyBaby: Kebiasaan Ibu Baru yang Bikin Bayi Sering Gumoh, Begini Penanganan yang Tepat

"Kemudian kalau misalnya yang selain karena kurang minum, ada banyak faktor lain, tetapi kalau fisilogis aja karena pemecahan itu yang hasilnya bilirubin. Lalu faktor keturunan pun ga ada," ungkap Marissa beberapa waktu lalu.

Penyakit kuning pun dikenal menjadi dua macam, yaitu ikterik fisiologis atau normal dan ikterik patologis atau tidak normal.

Untuk ikterik fisiologis, jika masih dalam batas kurva yang normal maka tidak akan mengganggu kesehatan secara serius, karena nantinya pun penyakit kuning ini akan hilang dengan sendirinya.

Sedangkan untuk ikterik patologis, terbagi lagi menjadi dua yaitu kolestasis dan non-kolestasis.

Baca Juga : #WelcomeMyLovelyBaby: Merawat Tali Pusat Bayi, Pastikan Selalu Kering agar Tidak Infeksi

Untuk yang kolestasis, biasanya disebabkan oleh bawaan gangguan anatomis hati atau kelenjar empedu yang tersebut, dan sebagainya.

"Atau ada infeksi seperti TORCH, ISK, hepatitis neonatal, itu semua bisa bikin bayi baru lahir menjadi kuning," ucap Marissa saat ditemui di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.

Untuk non-kolestasis, umumnya disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah, breast milk jaundice, breast feeding jaundice.

"Kalau yang satu lagi, bisanya disebabkan oleh inkompatibilitas A B O, atau darah ibu dan bayinya berbeda. Jadi dia bercampur dan banyak yang pecah darahnya. Ada lagi yang kita sebut sebagai breastmilk jandice," jelas Marissa.

Baca Juga : #WelcomeMyLovelyBaby: Kerap Membuat Panik Ibu Baru, Hal Ini Ternyata Menjadi Pemicu Kolik pada Bayi

"Breastmilk jaundice yaitu karena ada sesuatu zat dalam ASI yang menyebabkan bayinya kuning, nanti anaknya terlihat lebih kuning," lanjutnya menjelaskan.

Penyakit kuning pada bayi baru lahir ini biasanya menyerang di hari ketiga setelah bayi dilahirkan, dan ketika sampai hari ke 10 setelah dilahirkan, kuning itu akan hilang.

Akan tetapi berbeda dengan bayi prematur, penyakit kuning akan berlangsung selama dua minggu atau sekitar 14 hingga 15 hari.

Hal yang harus Moms ketahui yaitu penyakit kuning paling lama bertahan hingga satu bulan, atau bisa juga dua bulan, tapi tidak kuning sepenuhnya.

Baca Juga : #WelcomeMyLovelyBaby: Pentingnya Proses Inisiasi Menyusui Dini dan Kolostrum untuk Bayi Baru Lahir

Tak hanya itu, Moms juga harus memantau batas kurva penyakit kuning, yang mana batas tertinggi yaitu 15 miligram per desiliter.

"Tapi dari IDAI disarankan kalau sudah 12 itu sudah disinar, karena takutnya setelah 12 dia itu berlanjut terus. Jadi jika hari ke 3 sudah 12, maka harus disinar," saran Marissa.

Namun, beberapa pasien pun ada yang hingga mencapai kurva di atas 25-30, biasanya dikarenakan pencampuran darah A B O yang terlalu hebat, yang mana kondisi ini jika tidak segera diatasi bisa membuat bayi cacat permanen.

"Itu anaknya kejang-kejang, karena bilirubin indirect bisa menembus sel darah otak. Kalau gitu bisa membuat cacat permanen. Soalnya pernah ada pasien yang kurvanya mencapai angka sekian, tapi kita berusaha untuk tidak sampai cacat permanen," ucap Marissa kepada Nakita.id.

Baca Juga : #WelcomeMyLovelyBaby: Memahami Pola Tidur Bayi Baru Lahir, Ketahui Siklus Tidur Bangun Bayi

Penyembuhan kuning pada bayi baru lahir sangatlah mudah, yaitu dengan menjemur bayi di bawah sinar matahari selama 30 menit hingga 1 jam.

"Kemungkinannya besar untuk menyembuhkan kuning dengan sinar matahari. Selain menjemur di bawah sinar matahari, bisa juga pakai terapi blue light yang memang hampir sama dengan matahari, bukan UV. Tapi blue light memang bisa dilakukan selama 12 jam," ujar Marissa.

Marissa melanjutkan, apabila bayi mengalami kuning akibat kekurangan asupan ASI, maka penyembuhannya yaitu dengan rutin berikan ASI pada bayi.

Tanda kuning pada tubuh bayi biasanya dimulai dari bagian kepala, kemudian ke wajah, badan dan perut lalu ke kaki bayi.

Baca Juga : #WelcomeMyLovelyBaby: Moms, Begini Aturan Memandikan Bayi Baru Lahir

Sedangkan ketika kuning mulai menghilang, diawali dari bagian kaki, lalu ke perut, dada, dan ke kepala.

Nah maka dari itu Moms, jika bayi baru lahir sudah menunjukan kuning di badannya, segera cari tahu penyebabnya dan atasi dengan rajin menjemur bayi di bawah sinar matahari pagi.

Sebab bila tidak segera diatasi, penyakit kuning khususnya kolestasis gangguan anatomis ini dampaknya bisa mengganggu tumbuh kembang Si Kecil, hingga bisa membuat kerusakan hati.