Catat! Ini 3 Mitos Melahirkan yang Ternyata Disalahkan Para Ahli

By Soesanti Harini Hartono, Kamis, 28 September 2017 | 07:45 WIB
Persalinan Macet Setelah Berjam-jam Proses Melahirkan (Dini)

Nakita.id - Melahirkan merupakan momen terpenting bagi setiap perempuan yang pada akhirnya akan menjadi seorang ibu. Tapi ada sejumlah mitos yang kadang membuat mereka menjadi panik dan ketakutan untuk melahirkan, baik normal atau sesar.

Karenanya, Dr. Dena Bloomenthal akan membantu menghilangkan beberapa mitos tentang melahirkan yang umum dan semoga membuat para ibu hamil lebih rileks dalam menghadapi proses persalinan nantinya.

(Baca juga : Terungkap! Begini Rahasia Melahirkan Alami Tanpa Rasa Sakit)

Mitos persalinan # 1: Ibu harus mencoba melahirkan alami

Jika Ibu melahirkan secara alami, tanpa obat penghilang rasa sakit, maka ada hal-hal yang perlu Ibu persiapkan sebelumnya. Memilih untuk melahirkan tanpa epidural memiliki risiko tinggi, terutama dalam hal rasa sakit. Dr. Dena menjelaskan bahwa memiliki pengalaman bersalin alamiah ini mungkin lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.

"Saya melihat ibu hamil sepanjang hari," katanya dari kantornya di B.C Women's Hospital.

Ia menjelaskan, banyak ibu hamil yang akhirnya pergi ke kelas pra-kelahiran dan menyewa doula (yang membantu saat persalinan), kemudian mereka menuliskan rencana kelahiran secara alami.

Namun, sembilan dari sepuluh perempuan yang melakukannya tidak mampu bertahan dan meminta semacam kontrol rasa sakit.

"Saya pikir orang begitu keras terhadap diri mereka sendiri, dan ada banyak tekanan untuk (melahirkan) 'alami' dan tidak memiliki kontrol rasa sakit," ucap Dr. Dena meyakinkan.

Beberapa perempuan sebenarnya menginginkan kelahiran bayi yang normal, namun ada juga yang harus berakhir di atas meja operasi atau diberi obat pengurang rasa sakit. Tentu saja ini sangat wajar.

Menurut pandangan Dr. Dena, lakukan apa pun yang perlu Ibu lakukan terhadap diri sendiri demi mendapatkan bayi sehat dan yang terpenting, jangan paksa diri Ibu sendiri.

Baca juga : Yang Terjadi pada Tubuh 24 Jam Setelah Melahirkan

Mitos persalinan # 2: Ibu harus makan plasenta sendiri

Ada yang beranggapan bahwa mengonsumsi plasenta sendiri setelah melahirkan dapat memiliki manfaat besar pada diri ibu. Benarkah? "Bisa saya katakan dengan jujur, saya belum pernah melihat plasenta yang enak rasanya," ungkap Dr. Dena.

Ia menjelaskan, "Saya pikir itu hanya berisiko untuk mengambil manfaat kesehatan. Salah satu risikonya adalah plasenta rentan terhadap infeksi bakteri. Risiko kedua adalah kenyataan bahwa orang-orang yang menyiapkan plasenta tidak harus memenuhi pengobatan tertentu. Standar, juga tidak harus diawasi atau dipantau. Tapi, jika seorang perempuan masih merasa kuat bahwa hal itu bisa membantunya dan ia masih ingin melakukannya, maka tidak masalah!"

Dr. Dena mengatakan bahwa ada cara lain tanpa harus memakannya secara fisik. "Beberapa orang menjaga plasenta mereka dan menanamnya di bawah pohon, sehingga mereka bisa melihat pohon tumbuh saat anak mereka tumbuh, saya pikir itu bisa sangat indah."

Apa pun keputusan ibu untuk memperlakukan plasentanya sendiri tidak menjadi masalah besar selama ada keamanan yang menjamin.

Baca juga : 7 Keuntungan Melahirkan Secara Normal yang Jadi Impian Ibu Hamil

Mitos persalinan # 3: Semuanya harus sempurna

Seperti perempuan pada umumnya, siapa yang tak ingin bila semua kelahiran menjadi momen yang serba sempurna?

Menurut Dr. Dena, memang begitu. "Saya pikir perempuan sangat keras terhadap diri mereka sendiri. Ada begitu banyak tekanan untuk menjadi 'alami' dan secara eksklusif menyusui dan kemudian pergi ke gym. "

Perempuan selalu ingin segala hal menjadi sempurna, di mana  mereka ingin tubuh lebih kurus, bayi yang lebih kuat, tenaga yang lebih mudah dan sebagainya seakan mereka belum melakukan yang terbaik.

"Saya merasa sedih tentang semuanya," ungkap Dr. Dena sedih.

"Kebanyakan perempuan merasa sangat buruk saat mereka tidak benar-benar menyelesaikan semua hal itu. Tentu saja sangat menyenangkan jika mereka melakukannya, tapi saya menghabiskan banyak waktu untuk meyakinkan orang bahwa tidak apa-apa jika saja Ibu tidak bisa menghasilkan cukup susu, dan tidak masalah jika Ibu frustasi dan butuh pertolongan, semua itu wajar,” tambahnya. (*)