Dua Alasan Terbesar Anak di Bawah 2 Tahun Menjadi Susah Makan dan Pemilih

By Soesanti Harini Hartono, Kamis, 5 Oktober 2017 | 06:15 WIB
Anak susah makan bisa diatasi dengan beberapa cara jitu (Heni Wiradimaja)

Nakita.id - Penelitian terbaru mengungkapkan, orang-orang yang dikategorikan si ‘picky eater’ atau susah makan dan lebih sering memilih makanan disebabkan oleh gen. Dua variasi genetik yang menjadi kode kebiasaan makan pilih-pilih telah diidentifikasi untuk pertama kalinya oleh para ilmuwan.

Kedua gen tersebut terkait dengan reseptor rasa pahit, namun ada kaitannya dengan anak-anak yang sama sekali tidak menyukai makanan tertentu, sementara yang lainnya terkait dengan keributan dan perjuangan keras saat waktu makan.

Pemahaman baru tentang bagaimana selera anak-anak berkembang dapat membantu para periset dari University of Illinois's Transdisciplinary Obesity Prevention Program (I-TOPP) mengembangkan strategi untuk membantu orangtua mengenalkan makanan sehat kepada anak-anak mereka.

Temuan ini menghilangkan anggapan bahwa pola asuh yang buruk semata-mata harus disalahkan karena anak jadi suka memilih makan. Sebaliknya, ini disebabkan oleh kombinasi gen induk dan faktor lingkungan.

Baca juga : 6 Trik Mengatasi Anak Pemilih Makanan

Penelitian yang dilakukan di kampus Urbana-Champaign di Illinois, memeriksa anak-anak yang berusia antara dua dan empat tahun. Pada tahap ini, anak suka pilih-pilih makanan secara wajar, tapi bagi sebagian anak kebiasaan ini akan kian berkembang menjadi isu yang lebih awet dan menyulitkan anak memiliki pola makan yang lebih sehat.

Beberapa penelitian bahkan menghubungkan si pemilih makanan selama masa kanak-kanak hingga masalah makan yang jauh dari berat badan ideal, atau berjuang dengan gangguan makan di kemudian hari.

Penulis studi utama Natasha Chong Cole dan timnya telah memelajari anak yang pilih-pilih makanan dari sudut 'alam' dan 'pengasuhan'. Dalam penelitian sebelumnya, mereka dapat membedakan antara tiga jenis pemilih makan, yakni yang sesuai dengan selera, yang memiliki perilaku temperamental tentang makanan, dan yang suka menolak makan.

Mereka menggunakan penanda dari masing-masing jenis untuk mengembangkan pertanyaan tentang perilaku waktu makan, kebiasaan menyusui masa lalu, dan berapa banyak variasi yang anak-anak pelajari dalam hal mentolerir makanan.

Begitu mereka memisahkan anak-anak menjadi tiga kelompok, berdasarkan jawaban, para peneliti menggunakan sampel air liur untuk membandingkan susunan genetik satu kelompok dengan kelompok lainnya.

Baca juga : Mengatasi Anak Yang Fobia Makanan

Natasha dan timnya memilih lima gen yang berkaitan dengan persepsi rasa untuk diperiksa. Dari jumlah tersebut, dua gen membagi kelompok meskipun tidak ada konsistensi genetik di antara anak-anak yang menolak makan.