Guru Les Privat di Bandung Tega Cabuli 34 Murid dan Rekam Aksinya, Psikolog Sebut Anak Korban Kekerasan Seksual Butuh Penanganan Khusus

By Diah Puspita Ningrum, Selasa, 22 Januari 2019 | 08:05 WIB
Ilustrasi Kekerasan Seksual Pada Anak Laki-laki (Pexels/kat jayne)

i

Nakita.id - Sebuah tindakan tidak bermoral dilakukan oleh seorang guru les privat di Bandung, Jawa Barat.

Polisi mengamankan seorang guru les privat berinisial DRP (48) yang tega mencabuli 34 orang muridnya.

Melansir dari Kompas.com, perilaku tidak terpuji DRP terungkap setelah salah seorang orangtua murid mendapati anaknya menjadi salah satu korban guru les privatnya tersebut.

Baca Juga : Mewahnya Masjid 5 Lantai Mendiang Istri Ustaz Maulana, Hasil dari Jual Seluruh Perhiasannya!

Kapolrestabes Bandung Kombas Pol Irman Sugema menerangkan bahwa orangtua murid itu melihat isi ponsel anaknya yang ternyata berisi sejumlah video tidak senonoh.

Dalam salah satu video tersebut, bahkan sang anak dan guru les terlihat melakukan tindakan yang tidak bermoral.

Setelah mendapatkan laporan tersebut dan menerima keterangan dari sejumlah saksi, akhirnya polisi mengamankan pelaku.

Baca Juga : Kanker Usus Renggut Nyawa Istri Ustaz Maulana, Remaja Obesitas Miliki Risiko 2 Kali Lebih Tinggi Terkena Penyakitnya

Dari keterangan DRP yang sudah ditetapkan menjadi tersangka, dirinya merupakan seorang guru les panggilan yang biasa diminta orangtua murid untuk mengajar sejumlah mata pelajaran SD, SMP, dan SMA.

Selain datang ke rumah anak didiknya, DRP juga mengajar di kediamannya di Kawasan Kecamatan Mendalajati, Kota Bandung.

Di rumah tersebut, pelaku juga melakukan tindakan asusila.

Baca Juga : Gadis Kecil Ini Lahir dengan Ukuran Kaki Berbeda dan 'Terpelintir', Begini Kondisinya Sekarang

Saat para siswanya berkumpul, pelaku dengan sengaja memutar video tidak senonoh untuk kemudian mencabuli korbannya dan merekam aksinya sendiri.

"Seluruh korban adalah lelaki, korban diiming-imingi uang oleh pelaku, minimal Rp 20.000," kata Irman di Mapolrestabes Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (21/1/2019).

Berdasarkan hasil pemeriksaan, diketahui pelaku sudah melakukan aksinya tersebut selama dua tahun mengajar sebagai guru les privat.

Baca Juga : Shopia Latjuba Bagikan Foto Lawas, Rambut Ala Justin Bieber-nya Banjir Pujian Warganet!

"Sudah dilakukan selama dua tahun terakhir. Seluruh korban 34 orang," sambungnya.

Dari tangan pelaku, polisi mengamankan sejumlah barang bukti berupa flash drive, laptop dan kamera digital.

Pelaku dijerat dengan pasal 82 jo 76 Undang-undang nomor 17 tahun 2016 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman 15 tahun penjara.

Baca Juga : Manfaat Orgasme untuk Moms, Hilangkan Stres Hingga Membuat Awet Muda

Melansir dari Nakita.ID, bukan perkara mudah mengembalikan kondisi fisik dan psikis anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual.

Kekerasan seksual yang dialami anak-anak tidak selalu menimbulkan dampak langsung.

Hal ini karena pemahaman seorang anak pada peristiwa yang dialaminya berbeda-beda.

Pada anak usia remaja, mereka langsung mengerti peristiwa kekerasan seksual akan merusak hidupnya sehingga reaksi mereka akan langsung terlihat.

Baca Juga : Mengaku Trauma Hingga Takut Bertemu Orang, Vanessa Angel Terciduk Makan di RestoranMenurut psikiatri anak dr.Tjhin Wiguna Sp.A, meski tidak langsung terlihat dampaknya, tapi anak membutuhkan pendampingan dan harus terus dipantau kondisinya."Dokter atau psikiater akan melakukan assesment, apakah ada masalah emosi atau perilaku pasca peristiwa tersebut. Kalau belum ada, tetap dipantau karena mereka berisiko tinggi mengalami gangguan perilaku," ujar Tjhin.Anak-anak adalah korban yang harus mendapat perhatian dan dukungan dari orang di sekitarnya agar luka fisik serta trauma psikisnya bisa disembuhkan.

Baca Juga : Ibu Muda Cantik Berusia 17 Tahun Pukuli Bayi Sampai Tewas Karena Ogah Menyusu, Justru Menyalahkan Bayinya yang Seperti Kesurupan!Terapi untuk anak yang menjadi korban, jelas Tjhin, bermacam-macam. Untuk anak yang masih kecil biasanya dilakukan terapi bermain. "Misalnya anak diajak menggambar untuk membantu anak mengekspresikan perasaannya," katanya.

Selain itu bisa juga dilakukan terapi kognitif dan berbagai terapi lain sesuai kondisi anak. "Tujuan awalnya adalah menjalin emosi dengan anak sehingga anak tetap bisa mengekspresikan perasaannya meski tidak selalu lewat kata-kata," ujarnya.Orangtua bisa mencari bantuan untuk terapi anak ke psikolog atau psikiater untuk memulihkan luka batin anak.

Di RSCM Jakarta antara lain juga terdapat klinik pemulihan stres pasca trauma, poliklinik jiwa anak dan remaja, atau pusat krisis terpadu yang terdapat di RS Polri Jakarta dan juga RSCM.