#LovingNotLabelling: Tak Selalu Bagus, Ini Dampak Jika Anak Diberi Label Positif

By Amelia Puteri, Senin, 28 Januari 2019 | 13:59 WIB
Dampak melabeli anak dengan stigma positif (pexels.com/Bruna Saito)

Nakita.id - Setiap orangtua tentu menginginkan anak-anaknya bertumbuh dan berkembang secara baik dengan lingkungan di sekitarnya.

Salah satu faktor yang perlu diperhatikan bagi orangtua adalah pola asuh yang dilakukan.

Orangtua, pendidik, dan profesional selalu khawatir ketika ada yang ingin melabeli anak-anak dengan label stigma negatif.

Hal ini yang kemudian membuat orangtua cenderung memberikan label positif kepada anak-anaknya.

Orangtua mungkin tampak tidak terlalu khawatir memberi anak label yang berstigma positif.

Baca Juga : Konsumsi Campuran Bawang Putih Mentah dan Madu di Pagi Hari Secara Teratur, Hasilnya Tak Terduga!

Salah satu label positif yang umum diberikan jika Si Kecil adalah anak yang "berbakat".

Masyarakat begitu cepat memberi label anak-anak sebagai seseorang "berbakat" sebelum mereka bahkan mulai mencari potensinya.

Meskipun Moms mungkin memberi label anak berbakat untuk meningkatkan kepercayaan dirinya, ada beberapa dampak yang bisa terjadi.

Asumsi 1: Mereka tidak harus bekerja untuk mendapatkan nilai bagus

Sering diasumsikan bahwa anak-anak "berbakat" tidak harus bekerja keras untuk mendapatkan nilai bagus.

Karena sifat kata "berbakat" (memiliki kemampuan alami yang hebat atau mengungkapkan hadiah istimewa) itu sendiri.

Baca Juga : Magdalena Pernah Disebut Artis Paling Seksi Indonesia, Begini Perubahan Penampilannya Setelah Jadi Ibu

Anak bisa meyakini bahwa anak-anak "berbakat" secara alami baik di bidang akademik dan tidak bekerja keras untuk hal-hal yang mereka peroleh.

Asumsi 2: Anak-anak akan terus unggul dan melampaui harapan selama sisa hidup mereka

Misalnya, seorang anak usia 5 tahun yang memiliki kemampuan untuk bersaing dengan anak-anak yang jauh lebih tua darinya sepanjang karier akademiknya.

Hal ini akan membuat harapan untuk melampaui kemampuannya kerap meningkat.

Pada usia 5 tahun, Si Kecil dapat bersaing dengan anak berusia 7 tahun, sehingga pada usia 12 ia bersaing dengan anak berusia 18 tahun.

Pada usia 18 tahun, anak bersaing dengan orang-orang di usia 20-an hingga akhir.

Mengharapkan seseorang untuk bersaing dengan orang lain yang memiliki pengalaman hidup lebih banyak sangat sulit bagi siapa pun.

Harapan seperti ini juga menjadi sangat berat untuk Si Kecil.

Asumsi 3: Anak-anak "berbakat" tidak hanya di bidang akademik

Ada kepercayaan yang diyakini secara luas bahwa jika seseorang berbakat secara akademis, mereka juga berbakat di bidang lain.

Hal ini akan menambah lebih banyak tekanan pada Si Kecil.

Baca Juga : Viral Durian Rp14 Juta di Tasikmalaya, Sang Penemu Ungkap Alasan Harganya Fantastis

Ia tidak hanya diharapkan agar bisa melampaui standar anak-anak lain di sekolahnya.

Tetapi mereka juga diharapkan untuk terus melangkah maju sepanjang hidup mereka, dan diharapkan menjadi luar biasa unggul di bidan lain.

Jadi, jika Moms ingin memberi label Si Kecil sebagai seseorang yang "berbakat", harap pertimbangkan semua hal positif dan negatif yang bisa terjadi.

Konsekuensi serupa bisa datang dari label positif juga label negatif.