#LovingNotLabelling: Mengenal Hipnoterapi, Metode Hipnosis untuk Hapuskan Trauma Labelling

By Nita Febriani, Rabu, 13 Februari 2019 | 11:25 WIB
mengobati trauma labelling melalui hipnoterapi (pixabay/Anemone123)

Nakita.id - Labelling seperti yang diketahui secara umum adalah bentuk pemberian label atau julukan pada seseorang.

Labelling juga seringkali terjadi di rumah dan dilakukan oleh Moms pada Si Kecil.

Pemberian label sederhana yang tidak disengaja seperti “Si Cengeng”, “Si Nakal”, atau “Tukang Ngompol” ternyata bisa membentuk stigma di alam bawah sadar Si Kecil dan membekas menjadi trauma lho Moms.

Baca Juga : #LovingNotLabelling: Coba Pahami Si Kecil Agar Tak Terjadi Labelling di Rumah 

Sama seperti trauma pada umumnya, jika dibiarkan trauma labelling dapat menjadi semakin dalam dan mengganggu perkembangan kepribadian Si Kecil bahkan hingga ia dewasa.

Salah satu cara untuk menghilangkan trauma adalah melalui terapi yang dilakukan secara rutin disertai dengan komitmen.

Terapi menggunakan metode hipnosis bisa menjadi pilihan jika Moms ingin menghilangkan trauma dan kebiasaan labelling.

Baca Juga : #LovingNotLabelling: Hati-hati, Moms Bisa Buat Anak Tak Percaya Diri Karena Lakukan Hal Ini

Hipnosis merupakan proses untuk memasukkan sugesti pada pikiran bawah sadar seseorang.

Banyak yang salah mengira kalau metode hipnosis dilakukan dengan cara membuat seseorang terlelap atau tidur.

Padahal melalui hipnosis, seseorang hanya akan dibuat merasa sangat rileks sehingga tubuhnya lebih mudah menerima sugesti positif yang diberikan.

Baca Juga : #LovingNotLabelling : Anak Pintar Jadi Bodoh Karena Kerap Dibilang 'Dasar Anak Bodoh!

Uniknya, hipnosis hanya akan berhasil apabila kita mengijinkan diri sendiri untuk menerima sugesti tersebut tanpa merasa terpaksa.

Oleh karena itu, menurut seorang Professional Coach dan Hipnotherapis, Nunny Hersianna, metode hipnosis sebenarnya merupakan self-hypnosis atau dilakukan oleh diri kita sendiri dengan bantuan ahli.

Baca Juga : #LovingNotLabelling : Ternyata Sering Panggil 'Anak Pintar' atau 'Anak Cantik' Juga Bisa Berdampak Buruk

Menurut Nunny, hipnoterapi atau menggunakan metode hipnosis untuk terapi, biasanya dilakukan untuk menghilangkan trauma, agar seseorang menjadi lebih positif, atau merubah kebiasaan yang tidak diinginkan menjadi kebiasaan yang baik.

Ini bisa diterapkan untuk membantu orang-orang yang merasa terganggu dengan traumanya di masa lalu salah satunya trauma akibat labelling.

Sebagai CEO dan Founder dari Golangsing, Nunny bercerita kebanyakan peserta di kelasnya adalah orang-orang yang dulunya sering dilabeli “gendut” oleh sekitarnya.

Baca Juga : #LovingNotLabelling: Awas! Memberi Label pada Anak Bisa Membatasi Potensi Dirinya untuk Meraih Sukses

“Label tersebut membekas sebagai stigma negatif sampai dewasa sehingga meski badannya kurus sekalipun, ia tetap merasa gendut dan menghindari makanan yang ia sukai,” tutur Nunny.

Melalui hipnoterapi, orang yang ingin move on dari perasaan takutnya akibat trauma akan dibantu untuk menetralisir stigma negatif dalam pikiran bawah sadarnya.

Sehingga ia bisa memiliki pikiran yang lebih positif atas dirinya sendiri serta lebih menikmati hidupnya.

Baca Juga : #LovingNotLabelling Tak Selalu Berlebihan, Ini Cara Memuji yang Benar Agar Bangkitkan Potensi Anak

Namun perlu diingat, proses hipnoterapi akan menjadi sia-sia bila tidak dibarengi dengan perubahan lingkungan sekitarnya.

Menurut Nunny, untuk mengobati seseorang dari trauma labelling, ia harus dijauhkan dari orang yang sering memberinya label negatif.

“Karena akan percuma jika ia sudah menjalani hipnosis tapi tetap menerima label-label negatif entah itu dari orangtua, teman, atau siapapun yang berada di lingkaran hidupnya. Kata-kata negatif itu tetap akan masuk dan tersimpan di otak,” jelas Nunny.

Baca Juga : #LovingNotLabelling: Labeli Anak Bisa Lukai Harga Dirinya, Ini 6 Tips Agar Dads Tak Melabel Si Kecil

Hipnoterapi juga dapat menjadi pilihan jika Moms ingin mengubah kebiasaan negatif Moms memberi label pada anak.

Hal ini justru dinilai Nunny lebih tepat, karena akan menghentikan labelling dari sumbernya.

Jika tidak ada lagi orang yang melakukan labelling, tentu seseorang akan terhindar dari trauma labelling dengan sendirinya bila selalu dikelilingi oleh lingkungan yang tidak memberikan label padanya.

Baca Juga : #LovingNotLabelling: Berbagai Bahaya Melabel Anak, Salah Satunya Membuat Anak Tak Memiliki Bakat