Nakita.id - Ada banyak orang yang terhina ketika mendapatkan julukan kurang baik, entah Si Pemalas, Kudet (kurang update), atau bahkan kasar seperti Bodoh.
Muka langsung memerah, hati kesal, tangan pun refleks mengepal, dan mulut langsung menggeram marah, siap meluncurkan berbagai kata pedas tak berbatas.
Celakanya, banyak yang justru tersanjung saat julukan itu positif, penuh dengan gula-gula pujian seperti Smart, Keren, Incess, dan sebagainya.
Begitu mendengarnya, hidung kita langsung mengembang, air muka pun cerah, dan langsung bersemangat.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Melabel Anak Bisa Melukai Hatinya, Ini 3 Cara Terbaik Hindari Labelling
Lebih celaka lagi, hal itu juga diterapkan pada si kecil.
Memang, banyak orangtua yang mulai membatasi bahkan menahan diri untuk tidak memberikan label seperti "Anak Nakal", "Anak Bandel", dan berbagai label negatif lainnya, karena dapat melukai harga diri, bahkan mempengaruhi konsep dirinya.
Sayangnya, banyak orangtua secara tidak sadar memberi label positif pada anak.
Harapannya, anak bisa berusaha dan berperilaku sesuai dengan apa yang dilabelkan.
Akhirnya, meluncurlah berbagai label positif buat anak.
Mulai 'Anak Pintar', 'Anak Manis', 'Anak Cerdas', 'Anak Cantik', dan sebagainya.
Label itu kerap diulang-ulang, diucapkan orangtua dengan harapan anak dapat berperilaku sesuai dengan julukan itu.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR