Orangtua Depresi Berisiko Membentuk Anak Depresi Pula, Cegah Sebelum Terjadi!

By Yolla Octarina, Selasa, 13 Agustus 2019 | 18:30 WIB
Orangtua depresi berisiko membentuk anak depresi pula (dashu83)

Nakita.id - Banyak kasus yang membuktikan bahwa sumber depresi dari masa kanak-kanak bersumber dari keluarga.

5 persen anak usia 9 hingga 17 tahun menderita depresi dengan gejala sedih, putus asa, selalu kelelahan, mudah marah, prestasi di sekolah makin memburuk, perubahan pola makan dan tidur, serta tak berenergi melakukan kegiatan.

Baca Juga: Hati-hati, Terlalu Banyak Mengonsumsi Makanan Ini Saat Hamil Tingkatkan Risiko Gangguan Mental Anak

Deperesi pada anak-anak biasanya disebabkan oleh orangtua mereka yang mengalami depresi juga.

Orangtua yang depresi hampir tidak tertarik dengan kegiatan sosial serta memiliki energi yang rendah.

Baca Juga: Media Sosial Memengaruhi Mental Anak?

Sehingga banyak dari mereka yang kurang responsif, tidak terorganisir, dan cenderung meluapkan emosi negatif pada anak.

Oleh karena itulah, semakin lama anak tumbuh dengan orangtua yang depresi, semakin banyak efek negatif yang diterima oleh anak tersebut.

Baca Juga: Dampak Usia Ayah terhadap Gangguan Mental Anak

Anak-anak dari orangtua yang depresi memiliki risiko lebih besar mengalami masalah akademik dan masalah pengembangan kepribadian.

Namun, mereka yang lahir dari orangtua yang depresi dapat dicegah untuk mengalami depresi pula.

Baca Juga: Ini Cara Membentuk Mental Anak Lelaki

Paman, bibi, atau kakek dan nenek dapat melindungi anak tersebut dari efek negatif dari depresi orangtuanya.

Orang-orang disekitar mereka dapat mendeteksi keadaan emosinya dan menciptakan lingkungan yang lebih terstruktur.

Baca Juga: Jangan Marah Bila Emosi Anak Tidak Stabil, Ini Cara Mengatasinya

Menjaga komunikasi dan menjadi teman bicara juga membantu anak dari efek negatif depresi orangtuanya.

Sebab penting bagi anak yang dalam masa tumbuh kembang memiliki orang dewasa yang konsisten agar mereka dapat mengekspresikan emosinya dengan benar.

Baca Juga: 5 Tips Efektif untuk Mengolah Emosi Anak Ketika Ia Sedang Marah