#LovingNotLabelling: Hindari Menyebut Si Kecil 'Pembohong', Begini Cara Melatih Kejujuran pada Mereka

By Salmaa Awwaabiin, Senin, 14 Oktober 2019 | 13:16 WIB
#LovingNotLabelling: jangan labeli Si Kecil 'pembohong' (eli ramos)

Nakita.id - Semua orangtua tentu mengharapkan anaknya tumbuh menjadi pribadi yang jujur kepada siapa pun.

Tapi, tak jarang pula anak-anak suka berbohong jika melakukan sesuatu yang salah atau tidak sesuai karena takut kena marah orangtua.

Lantas yang sering terjadi orangtua langsung menuduh atau menyebut Si Kecil adalah anak pembohong.

Baca Juga: Santer Kabar Pernikahan Meski Baru 3 Bulan Kenal, Rezky Aditya Beri Jawaban Mantap Saat Ditanya Tentang Sosok Citra Kirana

Padahal labelling 'pembohong' pada anak baik sesuai fakta atau tidak bisa memberikan dampak mengerikan.

Melansir dari psychologytoday.com, faktanya anak-anak lebih sering mengalami trauma karena kata-kata menyakitkan daripada trauma karena pelecehan fisik.

Bagi mereka yang dituduh pembohong nyatanya hanya sebagai kambing hitam tentu akan merasa sangat terhina.

Akibatnya, mereka yang merasa sangat tersakiti dengan kata 'pembohong' dan memiliki hati yang rapuh bisa saja melakukan bunuh diri.

Baca Juga: Kerap Dipandang Sebelah Mata, Marion Jola Ngaku Sering Dibully dan Jadi Bahan Gosip Sejak SD

Bahkan orangtua pun tidak boleh menuduh anak pembohong sekalipun memang benar mereka berbohong.

Pasalnya, kadang kala orangtua tidak bisa menyadari kata-kata kejam yang terlontar dari mulutnya bisa lebih memiliki dampak besar daripada palu godam sekalipun.

Orangtua harus bisa mengendalikan ucapan bila tak ingin anak-anak mengalami luka batin hingga memengaruhi perkembangannya.

Karena itu, semua orangtua perlu tahu caranya mendidik dan menegur dengan metode #LovingNotLabelling.

Pertama, orangtua perlu memahami beberapa faktor yang menyebabkan Si Kecil berani berbohong.

Baca Juga: Sukses Rebut Hati Pangeran Cendana, Begini Kabar Artis Cantik Maya Rumantir Usai Hubungannya dengan Tommy Soeharto Tak Direstui Ibu Tien

1. Menutupi sesuatu agar mereka tak mendapat masalah.

2. Respons orangtua ketika mendengar mereka berbohong.

3. Ingin menciptakan atau membuat cerita agar lebih menarik didengarkan.

4. Ingin memancing perhatian orangtua atau orang di lingkungannya.

5. Sedang menginginkan sesuatu

Melansir dari raisingchildren.net.au, anak-anak mulai belajar atau mengerti cara berbohong sejak usia 3 tahun.

Menginjak usia 3 tahun, mereka sudah mulai mengerti bahwa orangtua tidak bisa membaca pikiran dan mereka akan semakin pandai berbohong di usia 4-6 tahun.

Apalagi jika mereka sudah duduk di bangku Sekolah Dasar, mereka akan semakin pandai berbohong seiring bertambahnya usia.

Baca Juga: Kerap Dikonsumsi Sebagai Minuman Pendamping, Siapa Sangka Air Jeruk Nipis Punya Efek Samping yang Jarang Diketahui, Tetap Waspada ya Moms!

Moms dan Dads sebagai orangtua tentu akan berpikiran macam-macam sampai mudah emosi ketika mengetahui anak berbohong.

Tetapi, menuduh anak pembohon sekalipun sudah remaja juga bukan cara terbaik untuk menegurnya dan membuat mereka berubah.

Berikut ini ada beberapa contoh terbaik untuk mendidik anak tentang pentingnya kejujuran dari hal paling kecil.

1. Jika Moms mengetahui Si Kecil sedang mengarang sebuah cerita, katakan bahwa itu ada cerita yang bagus dan ia bisa menuangkan dalam sebuah buku cerita.

Cara menegur seperti itu justru akan mendorong imajinasi Si Kecil dan mengarahkannya wadah yang tepat untuk menuangkan sebuah cerita karangan.

2. Jika Si Kecil menumpahkan sesuatu atau memecahkan barang lalu tidak mengakui kesalahannya.

Moms tak perlu naik pitam dengan membentak atau memaksanya jujur.

Moms bisa inisiatif mengajaknya untuk membereskan dan membersihkan itu semua agar ia tak merasa takut dan kedepannya berani berkata jujur.

Baca Juga: Banyak Mendapat Pertanyaan Tak Masuk Akal Melalui Pesan, Ririn Ekawati Bicara Takdir

3. Jika anak melakukan kesalahan lalu sudah berani berkata jujur pun orangtua juga tidak berhak memarahinya, karena mengira ia memiliki mental yang kuat.

Moms tetap harus menjaga tutur kata dan emosi dengan cara memberi sedikit pujian bahwa Moms senang dengan kejujurannya.

Maka, ia tak akan sungkan menceritakan atau mengatakan apapun masalahnya dalam hidupnya kepada orangtua.