#LovingNotLabelling: Sering Memberi Label pada Anak, dr Reisa Merasa Menyesatkan Anak, Mengapa?

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Minggu, 24 November 2019 | 05:05 WIB
Dokter Reisa menyesal sering memuji Ania anak yang cantik, baik, dan pintar (Instagram @reisabrotoasmoro)

," jelasnya.

Pemikiran dokter Reisa tersebut sejalan dengan penjelasan Ajeng Raviando, Psi, seorang Psikolog Anak dan Keluarga.

 

Baca Juga: #LovingNotLabelling: Jangan Beri Label Anak 'Pembohong', Ini Caranya Agar Si Kecil Jujur

Menurut Ajeng, tindakan labeling tidak hanya menggunakan kata-kata negatif seperti ‘malas’, ‘nakal’, ‘bodoh’, tetapi juga kata-kata positif, seperti ‘cantik’, tampan, ‘pintar’, dan lainnya.

Ia bahkan mengaku saat ini lebih sering menemui orangtua melabel anaknya dengan kata-kata yang positif dibandingkan dengan kata-kata negatif.

Padahal kedua hal tersebut sama-sama berbahaya terhadap kualitas hidup dan konsep diri anak.

“Zaman dulu namanya labeling itu biasanya lebih ke yang negatif, tapi sekarang saya kerap menemukan orangtua yang melakukan labeling kepada anaknya dengan kata-kata juga kalimat positif,"

Baca Juga: Si Kecil Mengalami Sakit Gigi? Ini Cara Ampuh Mengatasinya Moms!

"Mungkin maksudnya orangtua ingin memotivasi anak, sayangnya jika labeling tersebut tidak sesuai dengan potensi anak justu kasihan untuk si anak. Dirinya tidak tahu potensinya dia dimana,” ujar Ajeng saat ditemui Nakita.id di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, pada Senin (10/9).