#LovingNotLabelling: Jangan Beri Label Anak 'Pendek', Ternyata Tinggi Badan Anak Dipengaruhi Sarapannya Lho Moms

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Kamis, 28 November 2019 | 07:58 WIB
#LovingNotLabelling: jangan beri anak label pendek karena bisa jadi dipengaruhi oleh sarapan (pixabay.com/lazy_bear)

Nakita.id - Banyak orangtua tak sadar telah memberi label pada anaknya sehingga sang anak merasa dirinya merupakan memiliki karakter dari yang orangtua katakan.

Rupanya, labelling tak hanya terjadi pada karakter anak tetapi juga pada fisik anak.

Tak jarang orangtua melontarkan label pada anak dengan menyebut bentuk fisiknya.

Baca Juga: #LovingNotLabelling: Tips Memuji Anak Tanpa Membuat Terbebani Ala Dokter Reisa Broto Asmoro

Sayangnya, hal sebut tentu akan merusak karakter dan mental anak.

Melansir dari laman acpeds, inilah risiko memberi label pada anak:

- pelabelan mengubah cara anak melihat diri sendiri,

Baca Juga: Mengembalikan Kondisi Anak dengan Stunting, Apakah Bisa? Simak Jawaban Dokter Reisa Soal Masalah Gizi Kronis Ini

- mengubah cara orang tua memperlakukan anak,

- memberi label dapat membatasi diri anak.

Terutama untuk Moms yang sering memberi label si Kecil dalam bentuk fisiknya, baiknya dihindari ya Moms.

Hal tersebut tentu akan menurunkan rasa kepercayaan diri si Kecil.

Salah satunya label 'pendek' yang diberikan untuk anak.

Seringkali saat Moms meminta si Kecil mengambil barang yang tempatnya lumayan tinggi tetapi si Kecil tak mau, Moms mungkin melontarkan kalimat "pendek sih".

Baca Juga: Hati-hati Si Kecil Alami Stunting, Cegah Dengan Rutin Konsumsi Ini

Hal tersebut tentu saja akan menyakiti si Kecil dan membuatnya tidak percaya diri.

Padahal pendeknya tubuh si Kecil atau stunting bisa jadi karena kebiasaannya sejak kecil lho Moms.

Mengutip dari artikel yang pernah diterbitkan oleh Nakita.id, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) membuktikan, hanya 1 dari 10 anak Indonesia berusia 2 hingga 12 tahun yang sarapan cukup dengan kualitas yang baik.

Baca Juga: Sudah Menjadikan Narkoba Sebagai Kebutuhan Sehari-hari, Terungkap Fakta Nunung Pakai Sabu untuk Sarapan

Hal tersebut diungkapkan oleh DR. Ir. Heryudarini Harahap, MKes, peneliti ahli PERSAGI.

Lalu, bagaimana cara memberikan menu sarapan seimbang untuk anak?

Pertama-tama, Moms harus mengetahui angka kecukupan gizi (AKG).

Angka ini ditentukan oleh Kementerian Kesehatan sehingga dapat menjadi pedoman berapa asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Moms harus memastikan asupannya tidak kurang ataupun lebih.

Anak usia 1 hingga 3 tahun membutuhkan energi 1.100-1.200 kalori setiap hari.

Baca Juga: Hanya #5MenitAja, Moms Bisa Buat Resep Sarapan Enak yang Mampu Pangkas Berat Badan

Sementara untuk anak usia 3 hingga 5 tahun membutuhkan kalori 1.500-1.600 setiap hari.

Setelah mengetahui kebutuhan gizinya, Mama perlu mengetahui bahwa sarapan yang baik harus terdiri dari 20 persegi AKG.

Jadi, jangan beranggapan bahwa sarapan tidak boleh terlalu banyak.

Baca Juga: Buat Tubuh Makin Sehat, Minum Air Kelapa Terlalu Sering Juga Mengancam Bahaya! Ini Risikonya

Oleh karena itu, sarapan sekalipun juga harus terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin.

Gizi seimbang tidak hanya soal makanan, lo.

Moms juga harus membiasakan si kecil untuk melakukan aktivitas fisik.

Coba mulai ajarkan padanya kebiasaan sehat berolahraga.

Jangan lupa minum air putih minimal 8 gelas setiap hari agar metabolisme tubuh terjaga.

Pola sarapan juga harus disesuaikan dengan berat badan dan tinggi badan si Kecil.

Baca Juga: Menu MPASI Nasi Tim Telur Ikan, Buat Anak Sehat, Terhindar dari Kanker, dan Pasti Cerdas!

Sarapan sangat memengaruhi pertumbuhan terutama tinggi badan.

Penelitian PERSAGI menunjukkan 75 persegi anak yang tidak sarapan memiliki tinggi badan tidak ideal.

Jika si kecil terlalu pendek atau kurus, Moms bisa menambahkan asupan gizi terutama protein dan vitamin.

Baca Juga: Mudah dan Murah, Menu MPASI Nasi Merah Bisa Jadi Solusi Asupan Gizi Si Kecil yang Kaya Akan Vitamin

Moms juga bisa memantau apakah menu sarapan sudah seimbang atau belum.

Cobalah mencatat perkembangan berat badan serta tinggi setiap minggu.

Jika anak mengalami kenaikan berat badan setiap minggu, artinya Mama harus mengurangi porsi makannya.

Porsi makan menjadi tidak seimbang karena terlalu banyak lemak dan karbohidrat.

Mengatur menu sarapan seimbang untuk anak sangat penting mengingat anak yang masih dalam masa pertumbuhan.

Cobalah mengajarkan padanya kebiasaan sarapan setiap pagi agar kondisi tubuh selama seharian tetap sehat dan menjauhkannya dari penyakit.