Kisah Ibu Fatmawati, Penjahit Bendera Indonesia: Sambil Terus Meneteskan Air Mata dan Sedang Sakit Tetap Menjahit Demi Berkibarnya Sang Merah Putih

By Rachel Anastasia Agustina, Kamis, 6 Februari 2020 | 12:28 WIB
Ilustrasi bendera merah putih. ()

“Jadi saya jahit berangsur-angsur dengan mesin jahit Singer yang dijalankan dengan tangan saja. Sebab, dokter melarang saya menggunakan kaki untuk menggerakkan mesin jahit,” katanya.

Fatmawati baru menyelesaikan jahitan bendera Merah Putih itu dalam waktu dua hari.

Bendera Merah Putih berukuran 2 x 3 meter itu akan dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta.

Bendera yang dijahit Fatmawati itu menjadi Bendera Pusaka hingga saat ini.

Baca Juga: Tahan Lama Berjam-jam di Atas Ranjang, Rupanya Ramuan Dapur dan Telur Ayam Kampung Bisa Jadi Solusinya, Intip Bagaimana Cara Meraciknya

Peran perwira Jepang di balik Merah Putih Keberadaan Bendera Pusaka itu berawal dari rencana seorang perwira Jepang bernama Shimizu untuk memenuhi 'janji kemerdekaan' dari Jepang bagi Indonesia.

Ia merupakan Kepala Bagian Propaganda Gunseikanbu atau pemerintah militer Jepang di Jawa dan Sumatera. Shimizu memosisikan diri sebagai orang yang pro-Indonesia.

Sikap pro-Indonesia Shimizu merupakan skenario yang ia mainkan sebagai kepala barisan propaganda.

Saat Bung Karno berkunjung ke kantor Shimizu di Gunseikanbu (sekarang kantor pusat Pertamina di Jakarta Pusat), Shimizu menginstruksikan anak buahnya bernama Chaerul Basri agar mencari rumah untuk Bung Karno.

Baca Juga: Jangan Sampai Kecolongan, Berikut Tanda-tanda Bayi Susah BAB yang Harus Moms Tahu