Bayi Jarang Bergerak di Kandungan, Waspada Penyakit Kehamilan Ini

By Anisyah Kusumawati, Selasa, 17 April 2018 | 17:28 WIB
Bayi jarang bergerak menjadi tanda penyakit berbahaya (FatCamera)

 

Nakita.id - Saat hamil, setiap ibu sebaiknya peka terhadap tanda dan gerakan janin di dalam kandungannya.

Bisa jadi, beberapa tanda yang ditunjukkan janin tersebut merupakan indikasi awal suatu penyakit.

Saat bayi jarang bergerak misalnya, Moms sebaiknya mewaspadai adanya gangguan penyakit cairan ketuban sedikit atau biasa disebut oligohidramnion.

BACA JUGA:  Tanpa Disadari, 6 Hal ini Bisa Membahayakan Janin dan Kehamilan, No. 3 Sering Dilakukan

Cairan amniotik atau cairan ketuban adalah salah satu perisai perlindungan paling penting karena mencegah bayi merasakan tekanan apa pun.

Kondisi cairan ketuban sedikit ini tentunya berbahaya bagi ibu hamil maupun janin.

Cairan ketuban yang sedikit dapat menyebabkan beberapa komplikasi.

# Di trimester awal (I), dapat menyebabkan kompresi organ janin sehingga janin bisa lahir cacat, keguguran yakni saat janin meninggal dalam 20 minggu kehamilan, dan kelahiran prematur.

BACA JUGA : Ibu Hamil Lakukan 6 Hal Ini Agar Bayi Cerdas Sejak Dalam Kandungan

# Di trimester II, ligohidramnion dapat menyebabkan komplikasi berat seperti lahir prematur, pertumbuhan janin lambat, dan pembatasan pertumbuhan intrauterin.

# Saat mendekati kelahiran hingga masa persalinan, oligohidramnion dapat menyebabkan komplikasi seperti:

- Posisi bayi sungsang karena tingkat cairan amniotik yang tidak mencukupi bisa membatasi gerakan bayi.

- Bayi merasa tertekan sehingga melepaskan meconium (tinja saat di rahim), hal ini bisa tercampur dengan ketuban dan dapat menyebabkan masalah pernapasan pada bayi.

- Kompresi tali pusat yang menyebabkan penurunan denyut jantung, akumulasi karbon dioksida dalam darah, dan kerusakan otak pada bayi.

BACA JUGA : Catat! Orang-orang Ini Tidak Boleh Makan Nangka, Bisa Bahaya

Menurut March of Dimes, sekitar 4% wanita hamil didiagnosis dengan tingkat cairan ketuban rendah pada trimester terakhir.

Tanda-tanda penyakit ini yang paling bisa dikenali tentunya ialah gerakan yang minim pada janin dalam kandungan.

Selebihnya tanda-tanda lain dapat diketahui saat Moms memeriksakannya ke dokter karena berhubungan dengan kondisi langsung di dalam rahim.

Risiko-risiko ini dapat dikurangi jika tingkat cairan ketuban terus dipantau, Moms.

Oleh karena itu, kuncinya adalah dengan rutin berkonsultasi pada dokter. (*)