TabloidNakita.com - Selama di dalam kandungan, janin dilindungi oleh kantong ketuban yang berisi cairan ketuban. Adanya cairan inilah yang membuat bayi bisa mengambang dan karenanya bisa bergerak. Karena itu, cairan ketuban boleh dibilang merupakan bagian penting dari kehamilan dan tumbuh kembang bayi.
Cairan ketuban (liquor amnii) sendiri berasal dari kencing janin (terbanyak), plasenta, tali pusat, dan sekresi dari epitel amnion. Meski sebagian besar berasal dari kencing janin, namun cairan ketuban berbeda dengan air kencing. Cairan ketuban berwarna putih, berbau amis, dan berasa manis. Cairan ketuban yang cukup tersedia dan tak berwarna keruh akan menjamin kecukupan nutrisi dan oksigen untuk janin.
Bila cairan ketuban kurang
Cairan ketuban dikatakan kurang (oligohidramnion), bila volumenya di bawah 500 cc. Melalui pemeriksaan USG ataupun kardiotokografi, dokter akan segera mencari tahu apakah ada kelainan sistem berkemih pada janin, seperti penyumbatan pada saluran kemih atau malah ginjal tak berkembang secara normal. Sebab lain, proses menelan pada janin, ketuban bocor atau bahkan pecah, dan menurunnya fungsi plasenta akibat kehamilan lewat waktu.
Oligrohidramnion dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, bahkan meninggal sebelum dilahirkan. Sesaat setelah dilahirkan pun, sangat mungkin bayi berisiko tak segera bernapas secara spontan dan teratur. Umumnya dokter akan menganjurkan ibu banyak minum agar aliran darahnya lancar, dan mengonsumsi makanan bergizi. Bila perlu, akan dilakukan amnioinfusi yaitu memasukkan cairan amnion buatan atau bila tidak ada, dapat diberikan garam fisiologis ke dalam rongga rahim melalui infus.
Bila cairan ketuban berlebih
Cairan ketuban berlebih (polihidramnion/hidramnion) atau istilah awamnya, kembar air, bila volumenya sangat banyak atau di atas normal. Salah satu penyebabnya, produksi air seni janin yang berlebihan. Hidramnion meningkatkan risiko kelahiran prematur, perdarahan pascapersalinan, lepasnya plasenta, bahkan kematian janin di kandungan.
Segera periksakan ke dokter jika Mama merasakan ukuran rahim lebih besar daripada usia kehamilan. Gejala lain, Mama mengalami sesak napas dan kesulitan merasakan gerakan janin. Melalui pemeriksaan USG dapat terdeteksi adanya kembar air ini. Bila setelah diobati, air ketuban tak juga berkurang atau malah bertambah terus, akan dilakukan tindakan pengurangan jumlah air ketuban dengan cara amniosentesis.
Penulis | : | Faras Handayani |
Editor | : | Faras |
KOMENTAR