Sudah Terlanjur Dipesan untuk Obati Covid-19, Ternyata Klorokuin Berisiko Tinggi Bagi Tubuh

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Selasa, 14 April 2020 | 14:04 WIB
ilustrasi obat untuk pasien Covid-19 (Freepik)

Nakita.id - Pandemi Covid-19 makin marak, terutama di Indonesia.

Jumlah pasien yang dinyatakan positif pun makin meningkat.

Oleh karena itu, pemerintah selalu memutar otak untuk mencari pencegahan bahkan pengobatannya.

Baca Juga: Nyatakan Hampir Bebas Corona, 21 Juta Ponsel di China Tidak Aktif, Benarkah China Tutupi Jumlah Korban Covid-19

Jumat (20/3/2020) lalu, pemerintah telah mengumumkan bila pihaknya telah menyiapkan obat untuk pasien yang terjangkit virus corona.

Pemerintah memesan dua jenis obat yang berbeda, yakni avigan dan klorokuin yang dipercaya dapat menyembukan pasien Covid-19.

"Obat ini sudah dicoba oleh satu, dua dan tiga negara dan memberikan kesembuhan," kata Presiden Jokowi dalam konferensi pers yang ditayangkan di akun YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (20/3/2020).

Untuk obat Avigan, pemerintah menyediakan 5.000 butir.

Seiring dengan itu, pemerintah juga tengah memesan 2 juta butir obat tersebut. Obat ini didatangkan dari Jepang.

Sementara, obat Klorokuin, sudah disiapkan sebanyak 3 juta butir.

Obat Klorokuin ini diketahui diproduksi di Indonesia.

Presiden Jokowi mengatakan, obat-obatan tersebut merupakan hasil dari riset sejumlah negara dan laboratorium berstandar internasional.

Baca Juga: Kabar Baik Kembali Datang, Peneliti IPB dan UI Berhasil Temukan Senyawa Antivirus Corona, 'Bisa Mencergah Virus Corona'

"Pemerintah juga telah menyiapkan obat dari hasil riset dan pengalaman beberapa negara untuk bisa mengobati Covid-19 ini sesuai resep dokter," kata Presiden Jokowi.

Namun, rupanya setelah mengeluarkan pernyataan tersebut, pemesanan obat klorokuin agaknya akan dibatalkan.

Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto mewanti-wanti masyarkat untuk tidak sembarangan mengonsumsi klorokuin sebagai obat virus corona.

Yuri menegaskan bahwa klorokuin merupakan obat keras yang penggunaannya harus menggunakan resep dokter.

Mengutip dari Kompas.com, ternyata klorokuin merupakan obat yang mengandung senyawa sintetis atau kimiawi yang memiliki struktur sama dengan quinine sulfate.

Quinine sulfate berasal dari ekstrak kulit batang pohon kina, yang selama ini juga menjadi obat bagi pasien malaria.

Penelitian awal terhadap klorokuin sebagai obat Covid-19 dilakukan oleh Wuhan Institute of Virology dari Chinese Academy of Sciences.

Berdasarkan penelitian awal, klorokuin dapat menghambat kemampuan virus baru untuk menginfeksi dan tumbuh dalam sel saat diuji pada kera.

Baca Juga: Bukan Tertular dari Orang Tuanya, Bayi 2 Tahun Diisolasi Sendiri karena Terjangkit Covid-19, 'Orang Tuanya Cuma Bisa Ngliat Doang Nggak Bisa Ngapa-ngapain'

"Klorokuin adalah obat keras. Oleh karena itu, penggunaannya sudah barang tentu harus atas resep dokter dan dalam pengawasan dokter untuk perawatan pasien rumah sakit. Tidak untuk diminum sendiri di rumah," kata Yuri dalam konferensi pers di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Senin (23/3/2020).

Percobaan dihentikan

Baru-baru ini, sekelompok peneliti di Brasil menghentikan tes uji klorokuin terhadap pasien Covid-19.

Ini karena sekelompok pasien yang mengonsumsi klorokuin dalam dosis tinggi mengalami kelainan ritme jantung yang serius.

Dilansir dari Live Science, Selasa (14/4/2020), para ilmuwan di Brasil mencoba mengetahui seberapa besar potensi klorokuin untuk pengobatan Covid-19.

Sebanyak 440 pasien Covid-19 dibagi menjadi dua kelompok, dengan dua jenis dosis klorokuin:

1. Dosis tinggi (600 mg, 2 kali sehari, selama 10 hari)

2. Dosis rendah (450 mg selama 5 hari, 2 kali sehari hanya pada hari pertama).

Baca Juga: Buat 37 Tamu Undangan Positif Covid-19, Pengantin Baru yang Sedang Bulan Madu Ini Dihujat Tetangga

Namun ketika baru mengetes 81 pasien, para ilmuwan menemukan tanda-tanda yang kurang baik.

Beberapa hari setelah percobaan tersebut, pasien yang mendapatkan dosis tinggi klorokuin mengalami gangguan ritme jantung yang cukup berbahaya.

Dua orang pasien yang diberi dosis tinggi bahkan mengalami denyut jantung abnormal yang diketahui sebagai ventricular tachychardia.

Kedua pasien tersebut akhirnya meninggal dunia.

Dosis tinggi klorokuin

Para ilmuwan langsung mewanti-wanti seluruh pekerja medis agar tidak memberikan klorokuin dalam dosis tinggi kepada pasien Covid-19.

"Studi kami memberikan peringatan terhadap penggunaan klorokuin dosis tinggi," tutur para ilmuwan seperti dikutip dari database di medRxiv.

Selain Brasil, sebuah rumah sakit di Perancis juga menghentikan pengobatan pasien Covid-19 menggunakan terapi hydroxychloroquine usai seorang pasien mengalami kelainan ritme jantung.

Sementara itu, para peneliti di Brasil langsung menghentikan pemberian klorokuin dosis tinggi kepada para pasien.

Namun hingga saat ini, para ilmuwan masih menunggu hasil penelitian terhadap pasien yang diberikan dosis rendah.