Berkaca dari Flu Spanyol, Seorang Pakar Sebut Gelombang Kedua Virus Corona Jauh Lebih Berbahaya, Tapi Bisa Dicegah dengan Cara Ini

By Diah Puspita Ningrum, Kamis, 23 April 2020 | 13:15 WIB
Ilustrasi virus corona (Freepik.com)

Nakita.id - Kehadiran virus corona sejak Desember 2019 lalu membuat dunia seolah kalang kabut.

Penyebaran virus corona yang terbilang cepat dan meluas akhirnya membuat virus ini ditetapkan sebagai pandemi global.

Seperti kita ketahui, virus ini telah menginfeksi ratusan ribu orang dengan jumlah korban meninggal dunia mencapai ribuan.

Baca Juga: Pernah Jadi 'Lawan' di Pilpres Hingga Para Pendukungnya Saling Sindir, Kini Prabowo Jadi Saksi Hidup Perjuangan Jokowi di Tengah Pandemi, 'Beliau Terus Berjuang...'

Di Indonesia sendiri, kasus virus corona di Tanah Air sudah menyentuh angka 7.418 kasus saat berita ini ditulis.

Melansir dari Tribunnews.com, pakar kembali mengungkap hal mengejutkan tentang Covid-19 ini.

Seorang epidemiolog, Dicky Budiman telah memperingatkan gelombang kedua virus corona di Indonesia.

Pasalnya, di China sendiri hal demikian sudah terjadi, ketika Provinsi Hubei mencabut kebijakan lockdown lantaran kasus yang terus menurun.

Akhirnya, kasus virus corona baru ditemukan lagi yang juga disebut sebagai gelombang kedua.

Dicky Budiman menjelaskan alasan kenapa gelombang kedua virus corona bisa terjadi saat hadir di acara 'Metro Pagi Prime Time' pada Senin (20/4/2020) kemarin.

Baca Juga: Hubungannya Usai Setelah Sempat Terjerat Skandal Video Panas, Luna Maya Akui Masih Buka Kesempatan Silaturahmi untuk Ariel NOAH

"Jadi penyebab adanya gelombang kedua serangan ini, sebagaimana semua pandemi dalam sejarah pandemi itu memiliki serangan yang tidak hanya satu tahap atau tahap gelombang," kata Dicky.

Sebagai seorang ahli, ia mencontohkan kalau kasus pandemi tidak akan berakhir dalam satu kali tahapan.

"Katakanlah SARS di 2003 sekalipun, dia pun punya serangan gelombang kedua terutama di negara-negara yang pelayanan kesehatan masyarakatnya masih rendah," sambungnya.

Ia menambahkan kalau kasus Covid-19 ini mirip dengan Flu Spanyol yang mengalami beberapa gelombang.

"Kemudian di sejarah pandemi yang besar berikutnya yang para ahli saat ini, lebih merujuk merasakan adanya kemiripan di pandemi 1918 dan 1920 dengan yang saat ini terjadi," ujar Dicky.

Bahkan dikatakan olehnya, kalau wabah Flu Spanyol gelombang kedua jauh lebih mematikan ketimbang yang pertama.

Untuk mencegah gelombang kedua, Dicky Budiman membeberkan cara yang bisa dilakukan.

Baca Juga: Berita Gembira Disampaikan Langsung oleh Ganjar Pranowo, Pertama Kalinya di Jateng Lakukan Tes Corona Ini Secara 'Drive Thru' Laiknya di Restoran Cepat Saji

Yakni dengan meningkatkan tes untuk melihat seberapa besar orang yang terpapar.

"Jadi untuk kasus Indonesia sekali kita di dalam posisi kurva pertama atau gelombang pertama dari Covid-19 yang harus dilakukan untuk mencegah gelombang kedua pertama tentu kita harus tahu sebetulnya berapa persen dari populasi yang kita sudah imun itu yang bisa kita lihat dari misalnya tes yang kita tingkatkan."

"Cakupan tes yang kita tingkatkan bisa memberikan juga gambaran data berapa yang persen yang sudah terpapar atau terinfeksi," jelasnya.