Nakita.id - Saat ini beberapa daerah di Indonesia memang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Daerah pertama yang mendapat izin dari Kementerian Kesehatan untuk melakukan PSBB adalah DKI Jakarta.
Sebelum adanya aturan PSBB, banyak berembus pro dan kontra yang mempertanyakan kebijakan pemerintah memilih PSBB.
Dalam kanal YouTube 'Najwa Shihab' (23/4/2020), terungkap alasan Joko Widodo memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Kalau yang namanya karantina wilayah itu kan sama dengan lockdown, artinya apa masyarakat harus hanya di rumah, bus berhenti enggak boleh keluar, taksi berhenti, ojek berhenti, pesawat berhenti, kereta berhenti, MRT berhenti, KRL semuanya berhenti, hanya di rumah," jelas Joko Widodo.
Tak sampai di situ, Jokowi juga menjelaskan pemerintah sempat membuat perhitungan mengenai anggaran yang dikeluarkan jika satu wilayah dikarantina.
"Untuk Jakarta saja pernah kami hitung-hitungan, perhari membutuhkan Rp550 Miliar, hanya Jakarta saja," jelas Joko Widodo.
"Kalau Jabodetabek, tiga kali lipat, itu perhari," lanjutnya.
Meski demikian, Presiden RI tersebut membantah bukan karena masalah anggaran yang membuat pemerintah tidak memberlakukan lockdown.
Jokowi menjelaskan bahwa Indonesia belajar dari negara yang sudah terlebih dahulu menerapkan lockdown.
"Bukan karena masalah budget, kita kan juga belajar dari negara lain apakah lockdown itu berhasil menyelesaikan masalah? kan tidak," tukas Jokowi.
"Coba tunjukkan negara mana yang berhasil melakukan lockdown dan menghentikan masalah ini, enggak ada menurut saya," sambungnya.
"Mana tunjukkan enggak ada, karena setiap hari saya ada briefing kertas yang di situ menginformasikan negara A, B, C melalukan apa, hasilnya apa, kemudian kasus positif berapa, meninggal berapa, ada, saya setiap hari ada informasi mengenai itu," jelas Jokowi.
Berbekal hal tersebut, memutuskan aturan yang akan diterapkan di Indonesia.
"Jadi dalam memutuskan sesuatu sekali lagi bahwa setiap negara itu berbeda-beda.
"Karena karakternya berbeda, tingkat kesejahteraan berbeda, tingkat pendidikan berbeda, kedisiplinan berbeda, geografis berbeda, kemampuan fiskal berbeda," tutur Joko Widodo.
Dikatakan oleh orang nomor satu di Indonesia tersebut, bahwa hingga kini belum ada kepastian yang jadi patokan untuk menanggulangi wabah virus corona.
"Jadi enggak bisa kita niru-niru negara lain dan sampai saat ini saya melihat tidak ada formula yang pasti yang bisa menyelesaikan masalah Covid-19," tutup Jokowi.