Pejabat Tinggi Sudah Antusias Bahas 'New Normal', Data Lonjakan Kasus Corona di DKI Jakarta Pukul Telak Wacana Pelonggaran PSBB, 'Mau Ada Bencana yang Lebih Hebat?'

By Nita Febriani, Selasa, 19 Mei 2020 | 20:00 WIB
Presiden Joko Widodo (Kompas.com)

Nakita.id - Sudah dua bulan lebih masyarakat Indonesia menghadapi pandemi corona yang tak kunjung berakhir.

Bahkan masyarakat muslim Tanah Air pun terpaksa tetap di rumah selama bulan Ramadhan dan tak menjalani ibadah bulan suci sebagaimana mestinya seperti dalam keadaan normal.

Pasalnya, pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di berbagai daerah di Indonesia.

Baca Juga: Tidak Enak Menolak Kunjungan Kerabat Saat Lebaran Nanti di Tengah Pandemi? Psikolog Beberkan Cara Terbaik untuk Melakukannya

Di beberapa titik seperti di Jawa Barat misalnya, PSBB terbukti berhasil menekan laju penularan virus corona.

Namun di Ibu Kota nampaknya PSBB masih berjalan dengan berbagai kendala yang menyertainya.

Masa PSBB di DKI Jakarta bahkan sudah diperpanjang namun kenyataanya malah tak menunjukkan perubahan.

Baca Juga: Para Ahli Bagikan Kabar Gembira! Antibodi SARS Disebut-sebut Jadi Terobosan Potensial untuk Pengobatan Corona, 'Ini Membuka Jalan'

Di saat banyak pihak menyangsikan keberhasilan PSBB DKI Jakarta, pemerintah justru berwacana untuk melonggarkannya.

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD dikutip dari Kompas.com menyatakan akan ada relaksasi PSBB.

Tujuannya adalah agar kegiatan perekonomian di masyarakat selama masa pandemi Covid-19 tetap berjalan.

Baca Juga: BERITA POPULER: Denny Darko Berikan Rambu-rambu Peringatan pada Raffi Ahmad dan Baim Wong hingga Anies Baswedan Resmi Melarang Mudik Lokal di DKI Jakarta Akibat Lonjakan Jumlah Pasien Corona yang Kembali Terjadi

Bahkan, pada rapat terbatas antara Kepala Negara dengan para menterinya, Senin (18/5/2020), secara khusus pejabat tinggi telah membahas persiapan menuju kondisi keadaan normal baru (new normal) di tengah pandemi.

Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengakui, rapat itu membahas upaya untuk melakukan relaksasi atau pelonggaran PSBB.

Namun pada Selasa (19/5/2020), data kasus virus corona di Jakarta justru melonjak tajam menjadi yang terbanyak se-Indonesia.

Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto mengungkapkan, ada 486 kasus baru Covid-19 dalam 24 sejak Senin (18/5/2020) hinga Selasa (19/5/2020) pukul 12.00 WIB.

"Sehingga secara akumulatif ada 18.496 kasus positif Covid-19 (di Indonesia) sampai saat ini," kata Yuri dalam konferensi pers di Graha BNPB, dikutip dari Kompas.com

Berdasarkan data yang dipaparkan Yuri, kasus baru pasien positif Covid-19 tersebar di 26 provinsi.

Baca Juga: Wirang Birawa Mendadak Sebut Hal yang Sia-sia Padahal Sebelumnya Begitu Yakin Serangan Virus Corona Segera Berakhir, 'Yang Bener Siapa?'

Adapun penambahan kasus terbanyak terjadi di DKI Jakarta dengan 98 kasus baru.

Data ini bak memukul telak antusiasme pejabat tinggi yang sudah membahas pelonggaran PSBB demi kepentingan ekonomi.

Ancang-ancang pemerintah untuk pelonggaran PSBB dinilai tidak tepat lantaran tingkat penularan Covid-19 di Tanah Air masih tinggi.

Baca Juga: Rencana Sekolah Dibuka Kembali Juli Tetap Dijalankan, Berikut Cara Terapkan New Normal untuk Bantu Cegah Corona

Rata-rata jumlah penambahan kasus harian di Indonesia dalam sepekan terakhir sebanyak 534,6 orang.

Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan rata-rata penambahan kasus harian di pekan sebelumnya, yakni 382,6 orang.

Karena itu, pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengatakan, sedianya PSBB baru bisa dilonggarkan setelah angka penularan sudah menurun.

Baca Juga: Kabar Baik Muncul di Tengah Bulan, Peneliti Dunia Klaim Telah Berhasil Membuat Racikan Obat yang Mampu Menghambat Penyebaran Infeksi Virus Corona, Bahan Bakunya Sungguh Tak Terduga!

Lalu bagaimana jika era normal baru diterapkan saat penularan masih tinggi dan masih perlu diterapkan PSBB?

"Ya siap-siap saja. Siap-siap saja akan menghadapi gelombang kedua yang lebih berat," ujar Pandu Riono saat dihubungi Kompas.com, Senin (18/5/2020).

"Mau ada bencana yang lebih hebat? Ya sudah, silakan (lakukan new normal)," pungkas Pandu.