Ahli Bongkar Dugaan Biang Keladi yang Membuat Kasus Covid-19 Meroket di Jawa Timur, Disebut Ada 2 faktor

By Riska Yulyana Damayanti, Senin, 1 Juni 2020 | 19:45 WIB
Ilustrasi virus corona (Freepik.com)

Nakita.id - Seorang ahli epidemiologi angkat bicara terkait banyaknya kasus Covid-19 di Jawa Timur.

Belakangan, Jawa Timur menjadi salah satu provinsi yang memiliki kasus Covid-19 cukup banyak, Moms.

Apakah yang sebenarnya terjadi?

Baca Juga: Patut Diacungi Jempol, Para Tenaga Medis Rela Rasakan Hal Ini Saat Tangani Pasien Covid-19

Melansir dari Kompas.com, berdasarkan data dari KawalCOVID19 pada tanggal (31/5/2020) Jawa Timur (Jatim) mencatat penambahan kasus baru sebanyak 244 kasus, menjadikannya provinsi dengan penambahan kasus harian terbanyak.

Sebelumnya, tercatat pada tanggal 28 Mei 2020 penambahan kasus di Jatim sedikit berkurang, namun angkanya masih cukup tinggi, yakni 171 kasus, kemudian angka tersebut kembali naik pada tanggal 30 Mei 2020 menjadi 199 kasus. 

Daftar jumlah kasus Covid-19 di sejumlah daerah di Indonesia

Bahkan, Jawa Timur menjadi provinsi ke dua yang memiliki kasus Covid-19 terbanyak di Indonesia setelah DKI Jakarta.

Hingga tulisan ini dibuat, terkonfirmasi ada 7.348 kasus Covid-19 di DKI Jakarta sedangkan di Jawa Timur ada 4.857 kasus.

Mengapa bisa kasus baru di Jawa Timur mengalami lonjakan tajam?

Baca Juga: Selama Ini Dikenal Tajir Melintir, Nikita Mirzani Justru Tega PHK Karyawannya di Tengah Pandemi, Ternyata Ini Penyebabnya

Seorang ahli epidemiologi UI, Pandu Riono menjelaskan bahwa menurutnya ada dua faktor penyabab Jawa Timur mengalami peningkatan kasus yang tajam.

Salah satunya menurutnya karena adanya orang yang mudik.

"Dua faktor yang berpengaruh karena banyak orang yang mudik atau mudik balik, dan peningkatan kapasitas tes pada penduduk yang berisiko," kata Pandu saat dihubungi Kompas.com (31/5/2020).

Baca Juga: Blak-blakan Ngaku Tak Yakin Covid-19 Bisa Selesai Bulan Juni, Prediksi Tompi Tentang Berakhirnya Virus Corona Justru Buat Presenter Ini Terperanjat Kaget

Oleh karena itu, menurutnya Jawa Timur belum pantas untuk melakukan pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

"Jatim belum memenuhi syarat utama dari epidemiologi (untuk melakukan pelonggaran batasan), bahwa penularan belum terkendali," kata Pandu.

Untuk mencapai status terkendali, syarat utama yang harus dipenuhi adalah tren penurunan jumlah kasus yang konsisten selama dua minggu pengamatan.

Baca Juga: Sempat Heboh Rumor Menelan Garam Dapur Bisa Bantu Bunuh Virus Corona, Ahli Ungkap Fakta Sebenarnya

Pendapat Pandu Riono terkait mudik

Sebelumnya Pandu telah memberikan peringatan kepada masyarakat untuk jangan mudik.

Pasalnya, menurutnya salah satu dampak mudik yakni bisa berpotensi menambah kasus penularan di masyarakat.

"Semua kan dari pergerakan manusia. Jadi manusia dibatasi pergerakannya tidak boleh mudik, itu satu cara supaya virus dari kota besar jangan pulang kampung," ujar Pandu kepada Kompas.com, Selasa (14/4/2020).

Baca Juga: Kabar Duka Datang dari Maia Estianty, Salah Satu Orang Terkasihnya Mengembuskan Napas Terakhir Usai Jadi Korban Keganasan Covid-19, 'Hati-hati'

Selain mencegah penularan yang lebih masif, hal tersebut juga dilakukan agar tidak membahayakan warga yang tinggal di desa.

"Kalau pulang kampung itu, (virus) menyebar di daerah, kampung-kampung, yang pelayanannya sangat terbatas, menularkan ke orang-orang yang ada di sana," pungkas Pandu.

(Artikel ini telah tayang di GridHITS.ID dengan judul "Jawa Timur Alami Lonjakan Tajam Kasus Covid-19, Ahli Bongkar Salah Satu Dugaan Penyebabnya")