Ikatan Dokter Anak Indonesia Tak Setuju Sekolah akan Segera Dibuka, '1 Juta Anak akan Meninggal'

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Jumat, 5 Juni 2020 | 13:19 WIB
Ilustrasi sekolah akan dimulai di era new normal ()

Nakita.id - Tak lama lagi, Indonesia akan menerapkan tatanan baru atau new normal.

Namun sayangnya, new normal ini tak selalu direspons baik.

Salah satunya dari dunia pendidikan, melalui Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Baca Juga: Bingung dengan Kegiatan Sekolah di Era New Normal Nanti? Begini Sederet Tips Penting yang Harus Dilakukan dari Kak Seto

Berbagai alasan mendasari IDAI meminta pemerintah untuk menunda dibukanya sekolah dengan aturan new normal.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum IDAI, dr Aman B. Pulungan.

Melansir dari wawancara yang tayang di program Satu Meja The Forum Kompas TV, dr Aman mengatakan bila peningkatan kurva penularan virus corona pada anak jadi salah satu alasannya untuk ngotot agar sekolah masih harus berjalan secara online.

"Kalau data kita, sebetulnya ini hampir sama tentunya dengan data dari pemerintah.

"Data kita dari dokter anak yang merawat (anak pasien Covid-19). Sampai saat ini yang positif infeksi itu hampir mendekati 1.000," jelas dr Aman dalam telewicaranya, mengutip dari YouTube Kompas TV.

Bahkan secara terang-terangan, dr Aman mengatakan bila Indonesia menempati posisi teratas jumlah anak yang meninggal karena Covid-19 di Asia.

"Data yang meninggal di kita juga cukup bermakna. Jadi yang kami sangat konsen, adalah bahwa dibandingkan dengan negara-negara lain itu kita yang paling bermakna dan tinggi, terutama di Asia," jelas Aman lagi.

Baca Juga: Wajib Dipakai Saat Pandemi Covid-19, Ternyata Masker Malah Berbahaya Bila Dipakai Bayi dan Anak-anak, Mengapa?

"Tinggi dibanding di tempat lain, yang untuk meninggal," lanjutnya.

Menurut data yang ia punya, sebanyak 26 anak dinyatakan positif pada awal Juni 2020, dan PDP yang meninggal dunia mencapai 100 orang.

"Kalau diperiksa lebih banyak lagi, tentu lebih banyak lagi yang positif, mungkin yang meninggal," ujar Aman.

Itulah alasan mengapa IDAI mengusulkan sekolah untuk dibuka pada Desember 2020.

Aman kemudian menjelaskan bila data terkait virus corona pada anak masih akan terus meningkat, sehingga Aman mengimbau para orang tua menjaga anak-anak untuk tetap bertahan di dalam rumah.

"Jadi kami menganggap bahwa untuk saat ini, anak masih musti di rumah dulu, di rumah dulu. Tolong kita lindungi anak Indonesia," ungkap Aman.

Sementara itu, pada YouTube tvOneNews, Aman juga meminta agar semua pihak bersabar menghadapi pandemi ini.

Baca Juga: Kemendikbud Berencana Buka Kembali Sekolah di Bulan Juli, 71 Persen Orangtua Menolak: 'Kesehatan Anak yang Utama dan Pertama'

Ia kembali meminta orang tua menjaga anak-anaknya dan tidak terburu-buru membuka sekolah seperti sedia kala.

"Kita didiklah anak kita di rumah dulu. Tunggu sampai 2020 (selesai). Bersabarlah dulu," pinta Aman.

"Sampai nanti pemeriksaannya cukup dan kami lihat kurva anak yang meninggal juga menurun," tambahnya.

Peningkatan kurva anak yang meninggal karena Covid-19 di Indonesia disebut tertinggi di Asia.

"PDP juga masih naik sekarang ya kan. Kami di hilir, kami yang merawat kami tahu jadinya," ujarnya keras.

Lalu, ia menyinggung soal herd immunity.

Menurut dia, dari 60 juta anak setengahnya bisa terancam terkena Virus Corona.

"Saya melihat kalau 60 juta anak ini masuk sekolah pada saat ini, kalau katanya lah belakangan ini tren teori herd immunity."

Baca Juga: Masih Banyak Kekhawatiran Soal Wacana Pembukaan Sekolah di Tengah Pandemi Corona, Ternyata Ini Plus Minusnya

"Kalau 60 juta ini anak akan sekolah kalau kita mau mengambil ini herd immunity dibutuhkan 50 persen anak yang sakit," katanya.

"Jika berarti 30 juta anak akan sakit, pertanyaan saya, anak siapa yang akan sakit 30 juta ini?

"Nah setelah dari 30 juta yang sakit, kita ambil mortalitasnya angka kematian sekarang di Indonesia. Antara dua sampai lima persen, kita ambil angka tiga atau empat persen. Jadi akan ada satu juga yang meninggal," jelasnya.

Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan dan membahayakan.

"Saya tidak setuju. Anak siapa yang akan meninggal? Bagi kami, Dokter Anak Indonesia, satu anak menginggal pun, tidak boleh," ucapnya tegas.