Siap-siap Menerima Kenyataan, Orang Hebat dari Indonesia Klaim Temukan Obat Covid-19 Tapi Justru Banjir Kritik dan Dinilai Tak Lazim oleh Ahli

By Riska Yulyana Damayanti, Senin, 17 Agustus 2020 | 15:15 WIB
Ilustrasi virus corona. (Freepik.com)

Nakita.id - Banyak negara yang mencoba untuk menemukan obat atau vaksin Covid-19, termasuk Indonesia.

Ahli dari Indonesia juga berlomba untuk mencari obat atau kombinasi obat yang bisa digunakan untuk membasmi Covid-19.

Seperti yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Airlangga, Surabaya.

Baca Juga: Kemenangan Lawan Covid-19 Semakin Dekat, Pengemudi Ojek Online Ungkap Efek Disuntik Vaksin Virus Corona Meski Awalnya Ragu

Tim peneliti Universitas Airlangga Surabaya mengklaim telah menemukan kombinasi obat unuk penanganan pasien Covid-19.

"Kelima kombinasi obat tersebut adalah loprinavir-ritonavir-azitromisin, loprinavir-ritonavir-doksisiklin, loprinavir-ritonavir-klaritomisin, hidroksiklorokuin-azitromisin, dan hidroksiklorokuin-doksisiklin," kata Rektor Universitas Airlangga Mohammad Nasih di Surabaya, Jumat (12/6/2020

Unair tak hanya fokus membuat obat baru, tetapi juga mencari solusi dari obat yang telah ada.

Penggunaan lima kombinasi itu, kata Nasih, terjamin keamanannya. Obat-obat tersebut sudah ada di pasaran dan telah lulus uji klinis.

Selain itu, obat-obat tersebut juga telah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sehingga aman dikonsumsi.

Lantas, obat apakah itu?

Baca Juga: Penting! WHO Langsung Beri Peringatan Keras Soal Virus Corona, Salah Satunya Soal Vaksin Covid-19

Menjawab pertanyaan ini, Kompas.com menghubungi Pakar Farmakologi & Clinical Research Supporting Unit dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Nafrialdi, PhD, SpPD.

Nafrialdi mengatakan, seharusnya untuk penemuan seperti ini dilandasi oleh publikasi dari jurnal ilmiah terlebih dahulu.

"Mestinya ada publikasi di jurnal ilmiah dulu, biar diperiksa metodenya, hasil penelitiannya, dan penarikan kesimpulannya. Baru publikasi umum," kata Nafrialdi menanggapi klaim tersebut dihubungi Kompas.com Minggu (14/6/2020).

Baca Juga: Siap-siap Bernapas Lega, Ada Vaksin Covid-19 yang Mulai Diproduksi dan Segera Diluncurkan, Tapi Ahli Beri Kritikan

"Namun saya belum tahu apakah sudah dipublikasi atau belum," imbuhnya.

Dokter Nafrialdi membenarkan, obat yang disebutkan oleh Unair tersebut merupakan obat yang ada di pasaran.

Kritik dari ahli biologi molekuler

Ahli biologi molekuler Indonesia Ahmad Utomo memaparkan beberapa hal yang membuat penelitian obat Covid-19 Unair dinilai tidak lazim oleh dirinya dan ilmuwan lain.

Baca Juga: Semakin Dekat dengan Kemenangan, Ahli Ungkap Reaksi Tak Terduga pada Tubuh Relawan Usai Disuntikkan Vaksin Covid-19

Seperti dijelaskan dalam artikel sebelumnya, ketidaklaziman itu terkait obat dan data hasil pengujian yang dinilai tidak lengkap atau mungkin tidak dipaparkan sepenuhnya.

Selain itu, Ahmad juga menilai pemaparan di evaluasi hasil hanya dijelaskan dengan kalimat yang sangat sederhana.

Ahmad mengatakan, evaluasi suatu penelitian semestinya dipaparkan serinci mungkin, terlebih jika sudah ditayangkan untuk umum.

Baca Juga: Peras Keringat sampai Titik Darah Penghabisan, Ridwan Kamil Berkorban Jadi Relawan Uji Vaksin Covid-19 Demi Warga Jabar Bisa Dapat Hasil Manisnya di Awal Tahun 2021

Misalnya, tiap kelompok sembuh di hari keempat, kelima, atau keenam.

Kemudian juga tidak dirinci kembali gejala klinis yang dialami pasien seperti apa.

Artinya, penelitian sebaiknya ditulis sangat spesifik dan khasiat apa yang dirasakan pasien.

"Ketika penelitian enggak serinci itu, apa bedanya dengan temuan obat Hadi Pranoto," tegas Ahmad.

Baca Juga: Sedang Viral, Obat Covid-19 Besutan Hadi Pranoto Diklaim Ampuh Buat Ribuan Pasien Positif Virus Corona Sembuh Total, Pakar Lain Justru Takutkan Hal Ini

Pada bagian hasil PCR juga disebut Ahmad tidak lazim. Ini karena data tersebut menggunakan Chi Square, di mana dikatakan Ahmad itu angka statistik yang tidak digunakan secara umum.

"Umumnya, studi fase III di awal metode (peneliti) akan mengatakan, kami menggunakan metode statistik A untuk menghitung perbedaan antara tanpa terapi dan dengan terapi. Nah, ini tidak disebutkan. Mereka (tim Unair), ujug-ujug menyebutkan Chi Square," katanya.

Baca Juga: Jumlah Pasien Terus Bertambah, Ternyata 3 Langkah Sederhana Ini Disebut Mampu Hentikan Pandemi dengan Cepat

Saran

"Jadi saran saya, harusnya tim Unair mengkaji datanya sebelum dipublikasi ke publik. Dan publik kan isinya enggak cuma orang awam, ada juga ilmuwan. Dan ilmuwan Indonesia juga banyak yang mendapat training uji klinis," kata Ahmad.

"Tolong tim Unair dalam pemaparan datanya diperbaiki, jangan seperti inilah. Karena semalam juga banyak ilmuwan termasuk ilmuwan statistik yang mau komentar bingung," imbuhnya.

Ahmad mengharapkan, ketika pemerintah akan mengumumkan hal semacam ini harus dilandasi oleh data yang sangat kuat.(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Obat Covid-19 Unair, Pakar Nilai Ada Beberapa Hal Tak Lazim, Kok Bisa?"dan "Pengembangan Obat Covid-19 Unair Dinilai Tak Lazim, Ini Masukan Pakar")