Kenali Lebih Jauh Penyakit Demam Berdarah, Mulai dari Pencegahaannya Hingga Pengobatannya

By Rachel Anastasia Agustina, Sabtu, 22 Agustus 2020 | 16:30 WIB
Ilustrasi nyamuk aedes. (Freepik/jcomp)

Kenali Lebih Jauh Penyakit Demam Berdarah, Mulai dari Pencegahaannya Hingga Pengobatannya

Nakita.id - Di tengah pandemi Covid-19 ini, ada satu penyakit yang terlupakan padahal cukup sering menginfeksi dan bisa mematikan.

Penyakit tersebut adalah demam berdarah atau yang biasa kita singkat sebagai DBD, yang disebabkan oleh gigitan nyamuk.

Penyakit demam berdarah ini sendiri dikenal luas di masyarakat sejak tahun 1969, kota pertama yang pernah ada DBD adalah Surabaya.

Namun siapa sangka, menurut dokter Dr. Dominicus Husada,dr.,DTMNH.,MCTM(TP).,SpA(K), Dokter Spesialis Anak, nama "demam berdarah" itu sendiri adalah hoax.

Baca Juga: Hati-hati DBD! Nyamuk Paling Suka Gigit Orang Bergolongan Darah O, Simak Penjelasan Ilmiahnya

Ia mengatakan bahwa nama sebenarnya adalah "infeksi virus dengue".

Hal tersebut disampaikan oleh beliau dalam webinar WETHEHEALTH -the series "Jangan Remehkan Nyamuk (DBD)" yang bekerja sama dengan Lifepack dan TribunNetwork.

"DBD itu angka kesakitannya tinggi, sebagian kecil akan meninggal dan belum ada obat khusus yang diciptakan untuk penyakit ini." ujar Dr. Dominicus Husada,dr.,DTMNH.,MCTM(TP).,SpA(K), Dokter Spesialis Anak.

"Kalau ada yang klaim sebuah obat itu obat khusus menyembuhkan DBD, itu saja tidak percaya." imbuhnya.

Baca Juga: Sedang Trend di Kalangan Artis, Ternyata Begini Manfaat Tak Terduga Memelihara Ikan Cupang di Rumah, Ternyata Membantu Membunuh Penyakit Mematikan Ini

Maka dari itu beliau mengatakan bahwa mencegaj akan selalu lebih baik daripada mengobati.

Darimana saja manusia bisa tertular penyakit yang satu ini?

"Yang paling umum tentunya nyamuk Aedes, ada juga transfusi darah namun itu sangat jarang. Ada juga dari ibu ke bayi, itu juga hanya beberapa kasus saja." tegas Dr. Dominicus Husada.

Nyamuk Aedes senditi memiliki ciri fisik yang cukup berbeda, beliau mengatakan bahwa nyamuk itu warnanya cenderung garis-garis hitam dan putih.

Baca Juga: Corona Belum Usai, Ridwan Kamil Kembali Dibuat Panik Kelimpungan Hingga Imbau Warganya Hati-Hati dengan Penyakit Ini

Dr. Dominicus Husada,dr.,DTMNH.,MCTM(TP).,SpA(K), Dokter Spesialis Anak.

Maka dari itu sebisa mungkin kita jangan sampai digigit nyamuk, lalu bagaimana cara menghindari nyamuk?

Pertama, kita harus mengurangi nyamuk dengan cara kurangi tempat bertelurnya atau buat nyamuk tersebut tak bisa bertelur.

Kedua adalah lindungi tubuh.

Kita juga bisa mengurangi populasi adannya nyamuk dengan cara fogging, abate, hingga pelihara ikan pemakan jentik nyamuk.

Baca Juga: Kalahkan Virus Corona, di Indonesia Penyakit Ini Diam-Diam Makan Korban Hampir 50 Ribu

Selain itu lakukan juga 4M, yaitu menutup lubang yang kotor, menguras bak yang berisi air, mengubur barang-barang yang tidak digunakan, dan memantau sehari-hari.

Jika sudah terlanjut tertular, kita jugsa harus mengenali fase atau tahapnya, kapan periode bahayanya, apa tanda bahaya, dan apa pengobatannya.

Ada tiga taham sakit yaitu fase panas, fase menuju 2 kemungkinan: membaik atau memburuk, dan fase pemulihan.

Baca Juga: Lagi, Kontroversi Jerinx SID Soroti Kasus Covid-19 di Indonesia Menyita Perhatian Publik hingga Buat Dokter Ini Turun Tangan

"Biasanya kalau di fase panas itu ada yang merasakan demam, nyeri kepala, otot, kalau sudah parah itu bisa sampai pendarahan dan muncul bercak merah." jelas Dr. Dominicus Husada.

Fase panas itu hari paling berbahayanya di 3-7 hari, dihitung sejak panas dimulai.

Panas tingginya bermodel "pelana kuda", yang naik, turun, naik, dan turun.

Pada fase yang menentukan membaik atau memburuk, kita akan merasakan sama-sama turun panasnya.

Baca Juga: Bukan Kabar Baik, Wabah Virus Corona Belum Mereda, Tangan Kanan Presiden Joko Widodo Ini Sudah Mewanti-wanti Soal Penyakit Mematikan Lain yang Bakal Menghadang Indonesia, Ada Apa?

"Fase yang ini cukup rancu, kalau panasnya turun disertai dengan nafsu makan kembali normal, tampak lebih segar dan lainnya, itu berarti membaik. Namun kalau panasnya turun tapi kondisinya lemas, tidak nafsu makan, dan lainnya, itu berarti memburuk." terang Dr. Dominicus Husada.

Penyebab tersering kematian dalam penyakit ini adalah terlambat menyadari hingga berujung pada terlambat berobat dan penanganan.

Maka dari itu segera periksa ke tenaga medis jika demam tinggi sudah lebih dari tiga hari.

Baca Juga: Bukan Hanya Wabah Virus Corona, Salah Satu Penyakit Ini juga Mengalami Pelonjakan yang Tak Kalah Tinggi dengan Covid-19, Apa?

Bagi yang sudah terinfeksi, pengobatan utamanya adalah cairan apa pun, mau air putih atau pun cairan bewarna.

Lalu perbanyak makan dan minum obat yang dianjurkan oleh tenaga medis.

Karena penyakit yang satu ini belum ada obat pastinya, maka dari itu beliau menyarankan kita untuk mencegah daripada mengobati.