Meskipun Sudah Rapid Test Sebelum Terbang, Ternyata Ada Kasus Penyebaran Covid-19 di Pesawat, Ini Kata CDC

By Cecilia Ardisty, Rabu, 23 September 2020 | 12:05 WIB
Penyebaran Covid-19 di dalam pesawat (freepik)

Nakita.id - Tak seketat saat awal Covid-19 mewabah, kini siapa saja bisa melakukan perjalanan udara dengan syarat melakukan rapid test dan lainnya.

Meskipun sudah melakukan rapid test sesuai permintaan bandara yang dituju tampaknya tak menghentikan Covid-19 menyebar di pesawat.

Lantas ini penjelasan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) soal penyebaran Covid-19 di pesawat.

Baca Juga: Positif Covid-19 Padahal Sudah Rajin Jalankan Protokol Kesehatan, Anak Cucu dan Menantu Nunung Juga Ikut Terpapar: 'Virus Corona Itu Benar-benar Ada'

Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) pada Jumat melaporkan seorang penumpang yang positif Covid-19 menginfeksi 15 penumpang lain dalam penerbangan dari London ke Hanoi, Vietnam.

Dilansir dari NBC (21/9/2020), sebanyak 12 penumpang di kelas bisnis dan 2 penumpang di kelas ekonomi, serta seorang awak pesawat terinfeksi pada 1 Maret 2020.

Dalam studi tersebut dipaparkan, para peneliti mengidentifikasi seorang wanita berusia 27 tahun dari Vietnam yang mengalami sakit tenggorokan dan batuk sebelum melakukan penerbangan.

Baca Juga: Indera Penciuman Memburuk Jadi Gejala Awal Nunung Srimulat Positif Covid-19, Terapi Bau Bisa Bantu Pemulihan, Begini Caranya

Setelah tiba, gejalanya berkembang lebih jauh, dan yang bersangkutan dinyatakan positif empat hari kemudian.

Pada 10 Maret, pelacakan kontak telah dilakukan kepada 217 penumpang di dalam penerbangan Vietnam Airlines.

Peneliti mengatakan, sebelum melakukan penerbangan, perempuan itu telah melakukan perjalanan ke-15 provinsi di Vietnam.

Namun, tidak ada bukti kuat yang mendukung potensi penularan Covid-19 kepada orang lain di luar pesawat.

Baca Juga: Ingin Bebas Bersepeda Tapi Tetap Aman di Masa Pandemi Covid-19? Ini 5 Hal yang Wajib Diperhatikan

Risiko infeksi paparan Covid-19

Mengutip Daily Star (21/9/2020), disebutkan bahwa penularan virus tersebut muncul karena adanya kedekatan tempat duduk di mana tindakan ini meningkatkan risiko infeksi paparan Covid-19.

Adapun kedetakan tempat duduk ini lebih dimungkinkan terjadi di kelas ekonomi.

Para peneliti menyimpulkan, praktik jarak sosial saat ini dengan mengosongkan kursi tengah dalam penerbangan tampaknya tidak cukup untuk mencegah penularan.

Dari paparan studi tersebut, risiko penularan SARS-CoV-2 di dalam pesawat selama penerbangan panjang adalah nyata dan berpotensi menyebabkan munculnya klaster Covid-19.

Baca Juga: Ramai Kabar Nunung Diduga Terpapar Covid-19, Begini Kesaksian Adik Kandung: 'Ngomongnya Sama Aku Lagi Sakit'

Laporan tersebut merekomendasikan bahwa langkah-langkah skrining dan pencegahan infeksi sebaiknya diperketat, terutama bagi mereka yang berpergian dari negara-negara dengan kasus virus corona yang tinggi.

"Temuan kami menyerukan skrining yang diperketat dan tindakan pencegahan infeksi oleh otoritas kesehatan masyarakat, regulator, dan industri penerbangan," ujar dia.

Studi menyebutkan, setiap bandara dan pesawat harus mewajibkan penggunaan masker bagi penumpang dan awak pesawat.

Tidak diharuskan pakai masker

Diketahui, pejabat kesehatan mengatakan bahwa pada saat kedatangan penerbangan VN54 waktu itu, penumpang dan awak pesawat tidak diharuskan memakai masker di pesawat atau di bandara.

Semua penumpang hanya diskrining dengan alat pengecekan suhu pada saat kedatangan.

Padahal penumpang-penumpan tersebut berasal dari wilayah yang terinfeksi Covid-19, termasuk Inggris.

Namun, dalam penelitian tidak disebutkan apakah wanita tersebut ditandai lantaran memiliki gejala Covid-19.

Sejak Maret, CDC telah menemukan bahwa hampir 11.000 orang terpapar virus corona dalam penerbangan.

Baca Juga: Sudah Khawatir Setengah Mati Suaminya Ngaku Terinfeksi Covid-19 dan Takut Takkan Selamat, Perempuan Ini Temukan Fakta Mengejutkan di Baliknya

Dalam pedoman kesehatan masyarakatnya, CDC mengatakan bahwa virus tidak mudah menyebar di pesawat karena sistem penyaringan udara mereka, tetapi berada dalam jarak sekitar dua meter dari orang lain dan menyentuh permukaan yang sering digunakan dalam penerbangan jarak jauh dapat meningkatkan risiko tertular Covid-19.

Para penulis studi penerbangan Vietnam merekomendasikan wajib menggunakan masker, melakukan protokol pencucian tangan dan pengujian rutin, dan kebijakan karantina bagi penumpang yang datang dari negara berisiko tinggi.

Menurut mereka, selama Covid-19 menjadi ancaman pandemi global dengan tidak adanya pengujian yang baik, tindakan pencegahan infeksi dalam penerbangan harus lebih baik.

Selain itu, prosedur pemeriksaan kedatangan diperlukan agar penerbangan berlangsung aman.

Baca Juga: Begini Nasib Oknum ASN yang Nekat Masuk Ruang Isolasi Pasien Covid-19 Setelah Sempat Bersalaman 2 Kali

Dampak Covid-19 bagi maskapai

Industri perjalanan telah mengalami pukulan besar selama pandemi karena pembatasan ekstensif di seluruh dunia.

Dampaknya, sejumlah maskapai seperti British Airways, EasyJet, dan Ryanair semuanya mengumumkan pemutusan hubungan kerja massal.

Dalam upaya menjaga kelangsungan bisnis, maskapai penerbangan telah melakukan berbagai langkah kebersihan untuk meminimalkan risiko masuk dan menyebar virus corona di dalam pesawat.

Protokol baru termasuk pemeriksaan suhu, pembersihan yang lebih intensif, dan penggunaan masker wajib untuk semua penumpang di pesawat.

Namun studi baru mengungkapkan, tindakan menerapkan jarak kursi kurang baik, strategi umum lain yang digunakan untuk memastikan penumpang tidak terlalu berdekatan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "CDC Sebutkan Adanya Penyebaran Covid-19 di Pesawat, Ini Penjelasannya..."