7 Hal Penting yang Orangtua Harus Tahu Sebelum Masukkan Anak ke Sekolah Pertamanya

By Gabriela Stefani, Selasa, 6 April 2021 | 17:58 WIB
Hal penting yang orantua harus tahu sebelum memasukkan anak ke sekolah pertama kalinya (Freepik)

Nakita.id - Ada 7 halpenting yang orangtua harus tahu sebelum memasukkan anak ke sekolah pertamanya.

Ketika anak usia 4 atau 5 tahun, orangtua akan mulai sibuk mencari sekolah yang tepat untuk anaknya bersekolah.

Biasanya orangtua memilih sekolah yang dekat dari rumah, sekolah terbaik, dan lain sebagainya.

Apalagi ini menjadi sekolah partama Si Kecil di dalam hidupnya sehingga Moms harus menemukan yang terbaik.

Baca Juga: Bukan Dari Usia, Inilah 7 Tanda Anak Siap Sekolah yang Harus Orangtua Pahami

Tentu saja setiap kelulusan dan masuknya Si Kecil ke jenjang sekolah selanjutnya juga Moms harus menemukan yang terbaik pula.

Nakita.id sudah berbincang-bincang dengan 2 psikolog membahas seputar sekolah pertama anak dan apa yang orangtua harus tahu.

Dan Nakita.id rangkum ternyata setidaknya ada 7 hal penting yang orangtua harus tahu sebelum memasukkan anak ke sekolah pertamanya.

1. Usia bukan patokan anak masuk sekolah

Biasanya orangtua menjadikan usia sebagai patokan anak memulai sekolah.

Tapi kenyataannya justru bukan usianya tetapi kesiapan anak untuk masuk sekolah menjadi patokan apakah anak sudah mampu sekolah atau belum.

Seorang psikolog Dya Adis Putri Rahmadanti, S.Psi., M.Psi., Psikolog atau yang akrab dipanggil Adis menyebutkan ada tanda-tanda pada anak kalau ia sudah siap bersekolah.

Dya Adis Putri Rahmadanti, S.Psi., M.Psi., Psikolog - Psikolog di golife.id

Tanda anak siap bersekolah di antaranya anak tertarik dengan alat tulis, antusias saat dibacakan buku cerita, tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan sekolah, mandiri, mampu mengikuti instruksi sederhana, mengerti arahan, dan sosialisasi yang baik.

2. Penting berkomunikasi dengan wali kelas anak

Seorang psikolog anak dan remaja Gisella Tani Pratiwi, M.Psi, Psikolog atau yang akrab dipanggil Ela menyebutkan bahwa komunikasi dengan wali kelas sangatlah penting.

Tetapi sebagai orangtua juga tidak boleh melangkahi kewenangan pihak sekolah sehingga Moms hanya perlu menempatkan diri sebagai support system Si Kecil.

Baca Juga: Lebih Baik Masukkan Anak ke PAUD, TK, atau Langsung SD? Ambil Langkah Ini Untuk Pilih Jenjang Pendidikan Pertama Si Kecil

"Bijaklah dalam memilih mana yang bisa kita campuri sampai dimana, mana yang bisa kita kritisi dan beri masukkan sampai sejauh mana," jelas Ela.

Nakita.id juga sempat mewawancarai seorang guru sekaligus wali kelas yaitu Sisi Yulita, ia menyebutkan bahwa poin pembahasan yang bisa didiskusikan antara orangtua dengan wali kelas yaitu laporan harian Si Kecil dan masalah anak di sekolah.

3. Dampak anak terlalu buru-buru disekolahkan

Janganlah Moms memaksakan anak untuk terlalu cepat bersekolah.

Pasalnya ada dampak negatiif yang bisa dialami oleh anak kalau terlalu dini disekolahkan sementara kesiapannya belum terbangun.

Adis menyebutkan bahwa anak yang dipaksakan terlalu dini bersekolah akan malas belajar dan menganggap belajar merupakan hal tidak menyenangkan.

"Ada juga gangguan psikologis yang muncul ketika anak dipaksakan sekolah terlalu dini adalah ADHD (attention deficit hyperactivity disorder)," jelas Adis.

4. Cara memilih sekolah yang tepat

Dalam memilih sekolah janganlah atas kemauan dari orangtua saja, tetapi menyesuaikan dengan anaknya pula.

Adis menyebutkan bahwa dalam memilih sekolah, Moms perlu menyesuaikan dengan potensi dan kepribadian anak agar dapat tersalurkan dengan baik.

Moms juga harus tahu sistem sekolahnya mulai dari pengaturan jam belajar hingga jarak antara rumah dan sekolah.

"Libatkan anak dalam memilih sekolah, agar anak merasa ada keterlibatan dalam masa depannya," jelas Adis.

Sementara untuk memilih sekolah bagi anak berkebutuhan khusus Moms perlu melihat potensi Si Kecil, melatih kemandirian anak, mengenalkan lingkungan sekolah kepada anak.

Jangan lupa juga membuat daftar singkat tentang anak seputar apa yang ia suka, apa yang ia tidak suka, apa yang ia sudah bisa, apa yang ia tidak bisa, dan sebagainya.

Baca Juga: Bukannya Dimarahi, Inilah Cara Tepat Hadapi Nilai Pelajaran Anak yang Jelek di Sekolah Demi Tingkatkan Prestasi Si Kecil

5. Jangan banyak marah

Jangan banyak marah kalau nantinya nilai pelajaran anak jelek.

Jangan banyak marah kalau nantinya anak membuat masalah di sekolah.

Kalau nantinya anak mendapatkan nilai pelajaran jelek, Adis menyarankan Moms untuk menerima segala kekurangan anak serta memberikan pujian bahwa anak sudah bekerja dengan baik.

Tetapi jangan lupa juga tanyakan letak kesulitannya di mana dan temukan metode belajar yang tepat untuk anak.

Nah, kalau tiba-tiba Moms mendapatkan laporan anak membuat kasus di sekolah juga jangan dimarahi melainkan Ela menyarankan untuk menggali informasi dari guru yang melaporkan serta mengklarifikasinya kepada anak.

"Sehingga dari situ orangtua juga bisa melihat secara objektif sebenarnya apa yang terjadi dan bagaimana caranya supaya masalah tersebut tidak lagi terulang," jelas Ela.

Gisella Tani Pratiwi, M. Psi., Psikolog - Psikolog di Psycoach Human Integra

6. Dukung prestasi anak

Pasti Moms ingin kan kalau Si Kecil mendapatkan prestasi baik di sekolah baik dalam bidang akademik maupun non akademik.

Adis menyebutkan bahwa Moms perlu mendukungnya dengan cara penuhi kebutuhan istirahat anak, mengajarkan tentang prioritas, bantu anak meski ia tidak minta tolong, dan mengajarkan anak untuk mengelola stresnya.

Adis juga mengingatkan Moms untuk tidak terlalu banyak mengritik anak karena rentan membuat ia berbohong.

Dan jangan lupa memberikan pujian atau memberikan hadiah agar ia merasa kerja kerasnya dihargai

Baca Juga: Begini Cara Didik Anak Agar Tidak Jadi Pelaku dan Korban Bullying di Sekolah, Bisa Dimulai Sejak Sebelum Masuk Sekolah Pertamanya

7. Didik agar tak menjadi pelaku dan korban bullying

Bullying menjadi salah satu kasus yang cukup memprihatinkan di dalam sekolah.

Dengan begitu, penting bagi Moms mendidik anak sejak belum memulai sekolah agar nantinya tidak jadi pelaku ataupun korban bullying.

Ela menyebutkan bahwa agar anak tidak menjadi pelaku bullying perlu diajarkan tentang keberagaman dan menanamkan rasa empati di dalam dirinya.

Sementara untuk mencegah anak menjadi korban bullying, Ela menyarankan Moms untuk meningkatkan kepercayaan diri serta harga dirinya, menanamkan rasa aman, dan memberi tahu siapa-siapa saja yang bisa ia mintai tolong kalau terjadi tindakan bullying.

"Dia punya keyakinana akan dirinya sendiri dia bisa stand up atas dirinya sendiri. Jadi dia bisa berpendapat dia bisa mengungkapkan pikirannya. Dia bisa berekplorasi dengan rasa aman,"

"Jadi penting sekali punya relasi emosional yang sehat sehingga dia lebih punya ketahanan dalam menghadapi perilaku-perilaku yang mengarah ke bullying," jelas Ela.