Orangtua menggunakan time-out (biasanya anak diminta duduk di pojok atau di kamar, lalu didiamkan sejenak) sebagai bentuk hukuman tanpa penjelasan mengapa si anak bersalah.
Jika ini terus dilakukan, Ranooe mengatakan waktu orangtua habis hanya untuk menenangkan anak-anak padahal perilaku yang ingin dibetulkan tidak berubah dan anak-anak tidak akan tahu mengapa mereka bersalah.
Alih-alih sedikit-sedikit menerapkan time-out, lebih baik menjelaskan kepada anak bahwa dia perlu tenang dulu (duduk sekian menit di pojok) sampai dia dapat berperilaku baik, dan selanjutnya, perilaku apa yang diharapkan.
BACA JUGA: 5 Manfaat Bawang Putih bagi Kecantikan, Atasi Masalah Kulit Semalam!
6. Menggunakan teknik disiplin yang sama untuk semua anak
Tidak ada anak yang sama, jadi menggunakan tindakan/hukuman yang sama untuk semua anak sering kali tidak akan berhasil.
Moms dan Dads perlu mengenali karakteristik setiap anak dan bagaimana mereka bereaksi dalam situasi yang sama. Coba lihat, meski situasinya sama, reaksi dan tindakan setiap anak akan berbeda.
Pada anak yang kalem dan pendiam, time out tidak akan mengubah perilakunya karena memang Si Kecil senang pada lingkungan yang tenang.
Oleh sebab itu, terapkan disiplin dan konsekuensinya menurut usia dan karakteristik setiap anak.
Pelajari berbagai metode pendisiplinan anak, dan perlakukan setiap anak secara berbeda.
7. Berlebihan alias overacting
Moms dan Dads selalu cepat menghentikan Si Kecil bila melakukan sesuatu, terutama jika hal itu tidak sesuai dengan harapan orangtua pada saat itu.
Ingat Moms dan Dads, usia balita dan prasekolah adalah masa eksplorasi. Ini berarti juga masa belajar.
Namanya belajar tentu ada saatnya melakukan kesalahan. Tak usah marah dan panik.
Sepanjang keamanannya tidak menjadi masalah, beri dia ruang untuk menjadi anak-anak. Moms dan Dads juga bisa beristirahat, tak sedikit-sedikit ngomel atau waswas. (*)