Catat Moms, 90% Batuk Tak Perlu Obat. Begini Solusinya Bila Si Kecil Batuk

By Soesanti Harini Hartono, Senin, 19 Februari 2018 | 11:19 WIB
Batuk sebenarnya adalah mekanisme pertahanan diri terhadap masuknya benda asing. ()

Nakita.id.-  Banyak  Moms sering kali khawatir ketika Si Kecil mengalami batuk.

Padahal  batuk merupakan mekanisme pertahanan sistem pernapasan yang sangat penting.

Batuk berguna membersihkan jalan napas (dari tenggorokan hingga paru-paru) dari benda asing, seperti lendir, debu, maupun partikel-partikel kecil lainnya, termasuk virus dan bakteri.  

Tanpa adanya batuk, berbagai material asing dapat masuk ke dalam saluran pernapasan dan dapat menimbulkan gangguan serius.

BACA JUGA: Minuman Tradisonal China Ini Efektif Bantu Turunkan Berat Badan, Moms Harus Coba!

Berita baiknya, Moms, menurut dr. Natia Anjarsari Widyati, Sp.A.spesialis kesehatan anak dari Brawijaya Women and Children Hospital (BWCH), Jakarta, sebagian besar batuk tidak membutuhkan obat.

Contohnya seperti batuk karena asma, bronkiolitis, croup, atau sekadar influenza.

Mengingat sebagian besar kasus batuk pada anak bersifat self limiting (dapat sembuh sendiri), orangtua dapat memberikan terapi non-obat yang bermanfaat, seperti:

- Pada batuk berdahak, banyak minum air putih (hangat) manfaatnya sama dengan obat mukolitik, yakni dapat membantu mengencerkan dahak.

Banyak minum juga bisa mengencerkan ingus dan lendir di tenggorokan sehingga lebih mudah dikeluarkan.

- Bayi kurang 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif, disarankan untuk lebih sering menyusu.

- Bayi yang tidak ASI eksklusif, dapat diberikan air putih hangat 1-3 sendok teh (5-15 mL) sebanyak 4 kali per hari.

Sedangkan pada bayi dengan ASI ekslusif baru diberikan di atas 6 bulan.

- Sebagai alternatif penyembuhan, Moms juga bisa menggunakan madu yang khasiatnya sudah diakui para dokter.

Penelitian American Academic of Pediatric (AAP) pada tahun 2008, menyatakan bahwa madu dapat meredakan batuk anak di malam hari dan kesulitan tidur akibat infeksi saluran napas.

Selain lebih aman untuk mengatasi batuk pada anak, madu juga lebih efektif daripada dextromethorphan (kandungan utama dalam obat batuk).

Namun, madu jangan diberikan pada bayi di bawah satu tahun untuk menghindari risiko botulisme atau keracunan.

BACA JUGA: Telinga Sering Berdenging? Cara Mudah Ini Dapat Menghentikannya, Moms

-  Buat larutan garam dengan mencampur ½-1 sendok teh garam dengan segelas air hangat.

Teteskan 2-3 tetes pada lubang hidung anak kemudian sedot dengan suction atau penyedot ingus.

Hal ini dapat mengurangi sumbatan pada hidung anak. Pada anak yang sudah besar, larutan garam dapat digunakan untuk berkumur, untuk mengurangi nyeri tenggorokan.

- Usapkan balsem pada tubuh anak, namun tidak boleh diusapkan di bawah hidung.

Balsem yang mengandung camphor, mentol, dan minyak eucaliptus dapat meredakan batuk-pilek dan membuat anak tidur nyenyak.

- Lakukan fisioterapi dada bila anak terlihat sulit bernapas akibat banyak dahak/slem.

Caranya, baringkan anak dengan posisi tengkurap, usahakan kepala lebih rendah dari kaki, kemudian tepuk-tepuk punggung anak dengan lembut.

Cara ini dapat membantu mengencerkan serta mengeluarkan dahak.

- Beri minuman dan makanan kepada anak dengan porsi sedikit namun lebih sering agar anak tidak muntah.

- Hindari makanan dan minuman yang dapat merangsang timbulnya batuk, seperti es, permen, cokelat, atau makanan berlemak.

- Jauhkan Si Kecil dari asap apa pun termasuk asap rokok karena dapat memperparah batuk.

BACA JUGA: 7 Kesalahan Dalam Mendisiplinkan Anak. Nomer 3 Paling Sering Dilakukan

- Gunakan humidifier untuk melembabkan udara di ruangan/kamar.

Jika tidak ada, siapkan ember berisi air panas sehingga uapnya dapat memenuhi ruangan dan melembabkan udaranya.

- Gunakan masker dan cuci tangan saat terpapar dengan penderita selesma untuk mencegah penularan.

- Minta anak banyak beristirahat. Hindari bermain berlebihan.

   Penting diketahui juga, kunjungi dokter apabila penyakit batuk-pilek Si Kecil tidak ada perbaikan lebih dari 1 minggu, terdapat sesak atau kesulitan bernapas, muntah berulang, dan demam tinggi.  (*)