Jangan Sampai Terulang, Seorang Anak Harus Terima Nasib Kematian Ayahnya Akibat Percaya Hoax Covid-19 'Jadi Salah Satu Penyesalan Saya'

By Gabriela Stefani, Rabu, 21 Juli 2021 | 15:18 WIB
hoax covid (Pixabay)

Helmi (kanan), bersama kakak perempuannya (tengah), dan kakak iparnya (kiri), saat mendampingi perawatan ayahnya yang terinfeksi virus corona. Helmi mengatakan, hoaks seputar Covid-19 yang menyebar memengaruhi ayahnya enggan mendapatkan perawatan hingga merenggut nyawanya.

Saat dihubungi Kompas.com, Senin (19/7/2021), Helmi berbagi kisahnya.

Helmi mengungkapkan, ayahnya, Nuryaman (60), yang tinggal di Tegal, Jawa Tengah, mulai merasakan gejala awal infeksi Covid-19 pada Selasa (6/7/2021).

Menurut Helmi, ketika itu ayahnya mengeluhkan pusing.

"Kan Papa ada diabetes, jadi kami mengiranya efek dari gulanya lagi tinggi," kata Helmi saat dihubungi Kompas.com, Senin (19/7/2021).

Keesokan harinya, pusing yang dikeluhkan sang ayah tak kunjung reda, tetapi gejala yang dikeluhkan justru bertambah.

Ketika itu, Helmi yang tinggal di Depok, Jawa Barat, dan kakaknya yang tinggal di Tegal, mulai curiga bahwa ayahnya terinfeksi Covid-19.

Kakak-beradik itu pun membujuk sang ayah agar mau menjalani tes swab, untuk memastikan sakit yang diderita adalah Covid-19 atau bukan.

Baca Juga: Tolong Jangan Senang Dulu dengan Kasus Covid-19 yang Menurun Beberapa Hari Belakangan, Ini yang Sebenarnya Terjadi Menurut Ahli

Namun sang ayah menolak, dengan alasan dua hari sebelumnya sudah dites swab antigen dan hasilnya non-reaktif.

Akhirnya, kakak Helmi yang punya kenalan dokter meminta rekomendasi obat-obatan untuk merawat sang ayah di rumah.

Helmi mengatakan, pada Sabtu (10/7/2021) dan Minggu (11/7/2021), kondisi kesehatan ayahnya kian memburuk. Akan tetapi, ayahnya menolak untuk dibawa ke rumah sakit.

"Kakak sudah bolak-balik ngajak ke rumah sakit, tapi (Papa) takut. Takut dicovidkan, takut nanti malah tambah kenapa-kenapa," ujar Helmi.

Akhirnya, kakak Helmi berinisiatif untuk memanggil dokter ke rumah untuk memeriksa kondisi kesehatan ayahnya.

"Sekalian biar bisa dikasih penjelasan sama dikasih vitamin booster sama diinfus dulu. Karena Papa kan makannya juga tambah susah. Minum obat juga cuma pereda nyerinya aja," kata Helmi.

Helmi mengatakan, selama menjalani perawatan di rumah, keluarga selalu memantau saturasi oksigen sang ayah.