Nakita.id - Stok persedian daging masih banyak setelah Iduladha, Moms?
Selain harus menjaga keseimbangan nutrisi ketika makan daging dalam jumlah berlebih, Moms harus memerhatikan berbagai hal yang selama ini diabaikan.
Seringnya, masyarakat Indonesia memilih minuman manis sebagai pendamping makanan.
Contohnya teh, es teh, es jeruk, jus, dan minuman manis lainnya.
Minuman manis memang terasa lebih nikmat diminum saat makan dengan menu apapun.
Tapi tahukah Moms, minuman manis tak boleh dikonsumsi saat Moms sedang makan daging lho.
Wah, ada apa memangnya?
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh, protein pada daging sangat penting dan dibutuhkan.
Akan tetapi, jika dibarengi dengan mengonsumsi kalori dari makanan atau minuman manis berlebih, hasilnya justru akan berakibat fatal.
Tak hanya itu, manfaat dari diet protein bisa rusak seketika ketika Moms memilih kombinasi menu tersebut.
Hal ini karena minuman yang mengandung gula tinggi dapat mengacaukan metabolisme tubuh (sehingga membuat tubuh cepat gemuk) saat dipasangkan dengan makanan berprotein tinggi, sebuah studi menunjukkan.
Mengutip dari Health, yang melansir dari sebuah studi baru yang terbit di jurnal BMC Nutrition tersebut mulanya berangkat dari pertanyaan, "Apa yang terjadi saat Moms menggabungkan makanan sehat dan minuman yang tidak sehat? Apakah efek negatifnya lebih besar ketimbang efek positif?"
Dari pertanyaan tersebutlah, para periset akhirnya membuat penelitian terkait hal di atas.
Dicampurkanlah bahan manis dengan makanan yang kaya protein salah satunya daging.
Hasilnya, terjadi peningkatan berat badan atau penggemukan yang berisiko mengarah ke obesitas.
Periset mengumpulkan 27 orang dewasa muda dengan berat badan yang sehat dan melibatkan mereka ke dalam dua studi 24 jam.
Setelah semalaman berpuasa, peserta diberi dua porsi makanan yang masing-masing mengandung 15 persen protein dan 30 persen protein.
Setiap makanan mengandung 500 kalori dan 17 gram lemak, dan salah satu porsi makan dipasangkan dengan minuman manis.
Selama penelitian, peserta studi ditempatkan di ruang kalorimeter, yaitu ruangan yang dapat mengukur aktivitas, oksigen, karbon dioksida, temperatur, dan tekanan untuk mengetahui pengeluaran energi dan pengolahan nutrisi oleh tubuh.
Hasil menunjukkan, saat peserta diberi satu porsi makanan dengan minuman manis, terjadi penurunan oksidasi lemak dalam tubuh, yaitu sebuah proses penting dalam pembakaran lemak.
"Kami terkejut dengan dampak minuman manis pada metabolisme saat dipasangkan dengan makanan berprotein tinggi," kata pemimpin penelitian Shanon Casperson, Ph.D., ahli biologi penelitian di Pusat Penelitian Nutrisi Manusia di Grand Forks AS.
"Kombinasi ini juga meningkatkan keinginan makan makanan gurih dan asin selama empat jam setelah makan."
Studi tersebut menunjukkan bahwa memasangkan minuman manis dengan makanan tinggi protein dapat mempengaruhi asupan dan keseimbangan energi.
"Di sisi asupan, energi tambahan dari minuman manis tidak membuat orang merasa lebih kenyang," kata Casperson.
"Di sisi pengeluaran, kalori tambahan dari minuman manis tidak mudah dikeluarkan tubuh dan justru menyebabkan penurunan pembakaran lemak."