Alasan Victim Blaming Bahaya bagi Psikologis Korban Pelecehan Seksual

By Amallia Putri, Rabu, 8 September 2021 | 16:30 WIB
Victim blaming berbahaya untuk psikologis korban (Pexels.com)

Nakita.id - Belum lama ini, seorang pengguna Twitter bercerita tentang pengalaman tak mengenakkan yang terjadi pada dirinya.

Diketahui, ia mencurahkan kekesalannya karena kejadian pelecehan seksual yang menimpanya saat menghadiri sebuah acara.

Ia mengaku dipeluk dari belakang tanpa persetujuan dari sang pelaku di keramaian.

Kasus pelecehan seksual tersebut menyeret nama salah satu public figure, yaitu Gofar Hilman.

Dalam utasnya, orang yang mengaku sebagai korban pelecehan tersebut mengatakan kejadian tersebut sudah terjadi beberapa tahun lalu.

Ia baru mengatakannya sekarang dan meminta informasi mengenai bantuan hukum dari warganet karena trauma yang dihadapinya pasca kejadian.

Seketika kasus yang menyebar melalui Twitter tersebut langsung ramai. 

Beberapa jam setelah kasus tersebut viral, akun media sosial Gofar Hilman bahkan tak menanggapi kasus tersebut.

Baca Juga: Sedang Viral Lantaran Dituduh Melakukan Pelecehan Seksual Terhadap Wanita Saat Di Panggung, Gofar Hilman Berikan Pembelaan 'Gue Yakin Tidak Melakukan Itu'

Banyak orang yang bersimpati kepada korban karena telah berani menceritakan pengalamannya.

Namun, banyak juga yang malah menyalahkan pelaku karena baru menceritakan kasus tersebut saat ini dimana kejadiannya sudah bertahun-tahun lalu.

Padahal, tak mudah bagi korban untuk langsung melakukan tindakan karena trauma yang dialaminya.

Tahukah Moms, bahwa sikap menyalahkan korban ini ada istilahnya tersendiri.

Victim blaming adalah sebutan untuk sikap menyudutkan atau menyalahkan korban saat berusaha untuk meluruskan ketidakadilan yang dialaminya.

Baru-baru ini di dunia maya, victim blaming terus-terusan terjadi terutama dari banyaknya orang yang meluapkan kegusarannya sebagai korban pelecehan seksual.

Sikap victim blaming berbahaya untuk kondisi psikologis korban. Bagaimana bisa?