Mitos vs Fakta Kehamilan, Jangan Lagi Percaya Jika Ada yang Bilang Hal Ini Bisa Akibatkan Moms Mandul

By Diah Puspita Ningrum, Sabtu, 30 Oktober 2021 | 16:25 WIB
Mitos vs fakta kehamilan tentang kesuburan yang tidak perlu lagi dipercaya (Freepik.com)

Nakita.id - Mitos vs fakta kehamilan kadang membuat Moms merasa galau bahkan cemas berlebihan.

Padahal banyak sekali mitos yang beredar di masyarakat tapi kebenarannya belum tentu bisa dipastikan.

Salah satu yang mungkin Moms sering dengar adalah perihal kesuburan.

Baca Juga: Mitos VS Fakta Kehamilan: Ibu Hamil Dilarang Duduk Terlalu Lama karena Bisa Lahirkan Bayi Malas, Benarkah?

Banyak yang masih beranggapan jika pasangan belum punya anak maka artinya ada 'masalah' pada kesuburan perempuan.

Padahal kesuburan antara Moms dan Dads sama pentingnya untuk bisa terjadi pembuahan.

Jika Moms mendengar sejumlah hal tentang 'kemandulan' seperti ini, sebaiknya kalian tidak lagi percaya.

Melansir Nakita.id dari This is Insider, berikut mitos tentang mandul yang masih dipercaya banyak orang.

Dr. Mary Jane Minkin, profesor Obstetri, Ginekologi, dan Ilmu Reproduksi di Universitas Yale menjelaskan perihal mitos kemandulan pada perempuan.

Ada juga Dr. Angela Le, pendiri Fifth Avenue Fertility Wellness, dan Dr. Alan Copperman, direktur divisi endokrinologi reproduksi dan infertilitas di Mount Sinai Medical Center.

Para pakar ini akan meluruskan beberapa kesalahpahaman yang paling umum seputar kesuburan.

Baca Juga: Mitos vs Fakta Kehamilan: Apakah Boleh Minum Soda Selama Hamil?

1. Alkohol membuat mandul

Menurut Minkin dan Le, tidak ada penelitian yang dapat dipercaya kalau secara langsung infertilitas berhubungan dengan konsumsi alkohol.

Sebuah studi 2015 oleh The American Journal of Clinical Nutrition melaporkan, bahwa meskipun kebiasaan minum alkohol dikaitkan dengan mengurangi semua penyebab kematian dan morbiditas, efek asupan alkohol pada fungsi reproduksi perempuan belum jelas.

Namun, Le mengatakan bahwa jika seorang ibu berkonsultasi dengannya tentang masalah kesuburan, salah satu hal pertama yang dia tanyakan adalah konsumsi alkohol.

"Jika seseorang telah mencoba selama bertahun-tahun untuk hamil, salah satu hal pertama yang saya minta mereka lakukan adalah detoks dari makanan penyebab radang. Ini termasuk makanan seperti gluten, susu dan alkohol," kata Le.

Ia menambahkan kadang-kadang, orang-orang minum lebih banyak alkohol karena mereka stres dikarenakan tak mampu hamil."

Dalam sebuah artikel yang ditulis Le untuk FertilityIQ berjudul A Healthy Fertility Diet, dijelaskan bahwa makanan penyebab radang dapat menyebabkan masalah kesuburan.

Seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS) dan endometriosis.

2. Jika Moms lebih bugar, maka lebih subur

Ketiga dokter mengatakan masalah kesuburan tidak ada hubungannya dengan 'bentuk tubuh'.

Sebaliknya, ini tentang berat dan persentase lemak tubuh.

"Perempuan dengan BMI yang sangat rendah mungkin merasa sulit untuk hamil, begitu juga wanita dengan angka BMI ekstrem," kata Copperman.

Sebuah studi 2013 melaporkan, "peningkatan berat badan dapat menurunkan kesuburan pada pria dan perempuan.

Ini meningkatkan risiko disfungsi ovulasi dan resistensi insulin tetapi juga dapat mengurangi kemungkinan konsepsi pada wanita dengan siklus reguler."

Meskipun bentuk tubuh tidak memengaruhi kesuburan secara langsung, Le mendorong pasiennya berolahraga secara teratur, terutama jika telah tidak subur untuk sementara waktu.

"Berolahraga mengarah pada pelepasan endorfin, dan merupakan cara alami untuk menjadi lebih bahagia," kata Le.

"Orang-orang yang frustrasi mereka ingin hamil bisa sangat marah, atau bahkan minum segelas anggur semalam untuk mengatasi stres.

Olahraga adalah cara yang jauh lebih sehat untuk merasa lebih baik," tambahnya.

Baca Juga: Diyakini Sebagai Mitos VS Fakta Kehamilan, Ternyata Ngidam yang Tak Dituruti Tak Sebabkan Bayi Ngeces, Justru Jadi Tanda Kekurangan Nutrisi

 

3. Perempuan adalah satu-satunya penyebab infertilitas

Le mengatakan salah satu hal yang paling membuat frustrasi baginya adalah ketika perempuan berpikir infertilitas adalah semua kesalahan mereka.

Seringkali, katanya, pria juga harus disalahkan atas ketidaksuburan pasangan.

"Membuat bayi adalah olahraga tim," katanya.

CDC melaporkan bahwa sekitar 35% dari pasangan yang mengalami infertilitas memiliki faktor yang berkontribusi pada pria dan perempuan.

Lebih jauh lagi, 8% pasangan infertil penyebab infertilitas dari pria saja.

Menurut CDC, infertilitas pada pria dapat terjadi karena berbagai alasan.

Beberapanya termasuk gangguan fungsi testis atau ejakulasi, gangguan hormonal, kelainan genetik, usia, penggunaan berlebihan obat-obatan dan alkohol, obesitas, paparan testosteron, paparan radiasi dan obat-obatan tertentu.